Mohon tunggu...
Nahrul Hayat
Nahrul Hayat Mohon Tunggu... -

Menikmati senja di sore hari sembari belajar seni untuk berdiri di atas kaki sendiri walaupun dipeluk tangan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan dalam Perangkap

21 Februari 2017   15:57 Diperbarui: 21 Februari 2017   17:16 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada suatu malam, dengan keberanian yang kuat  ia dengan beberapa teman sedaerahnya bersepakatuntuk kabur. Gudang yang amat tertup, dikelilingi tembok menjulang tinggi membuatnya pusing bukan main untuk memikirkan jalan keluarnya.

Sedangkan untuk menyelamtkan diri dari lelaki hidung belang yang datang,  saat malam sulitnya bukan main. Santi dan lima temannya kerap bersembunyi di barisan paling belakang dengan penampilan tanpa riasan.

Kesenduan hati seorang Santi terus berlanjut selama berhari-hari. Isak tangispun tak mampu terbendung. Ditambah lagi cerita dari teman-teman lainnya yang sudah dibawa oleh si tuan. Ada yang dijadikan orang yang bertugas untuk  memandikan anjing-anjing piaraan. Mulai dari menyikat gigi dan mencuci rambut anjing si tuan.

Bagi mereka yang sudah menganggap itu semua terlanjur tidak jarang yang melanjutkan pekerjaan tersebut.   

Tapi samasekali tidak dengan Santi, perempuan yang memiliki niatan tulus sedari awal untuk bekerja mencari pengahsilan dengan cara yang lebiih layak. Tidak tergiur dengan semua itu. Hingga pada malam ke tujuh, ia memberanikan diri dengan lima orang temannya untuk kabur. Cara yang ditempuh amat sulit.

Perjuangan yang sangat keras dan membuat saya hampir pasrah, itu benar-benar saya rasakan saat membuka  langit-langit gudang” ungkap Santi. Ia mengingat diantara dua puluh lima temannya itu lima diantaranya termasuk Santi tidak berhasil dibawa oleh tuan-tuan yang memesan.

Dengan ide Santi ia dan kelima temannya ini, berhasil kabur, mereka muali sedikit demi sedikit merobek langit-langit yang berbahan bambu dengan bantuan tangan dan mulut.

Cara yang dialkukan untuk naik ke langit-langit yaitu dengan cara naik dipundak teman secara bergiliran. Sampai menyentuh langit-langit gudang. Begitu seterusnya dialkuakan selama tiga hari empat malam.

Dua diantara kelima temannya itu ditinggal lantaran sakit. Sakit yang diderita kedua temannya itu demam tinggi sampai menggigil. Karena tidak ada cara lain yang harus ditempuh, Santi dan kedua temannya memilih untuk kabur terlebih dahulu.

“saya janji, nanti saat tiba dirumah saya akan lapor ke polisi” ungkap Santi menenangkan.

bersambung..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun