Mohon tunggu...
Nahrul Hayat
Nahrul Hayat Mohon Tunggu... -

Menikmati senja di sore hari sembari belajar seni untuk berdiri di atas kaki sendiri walaupun dipeluk tangan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perempuan dalam Perangkap

21 Februari 2017   15:57 Diperbarui: 21 Februari 2017   17:16 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Na’asnya tak lama kemudian beberapa hari setelah tiba di lokasi. (untuk nama kampungya sendiri tidak disebutkan).  Para perempuan-perempuan itu diserahkan ke salah seorang perempuan yang berpenampilan seksi menurut Santi.  Dari pisiknya ia terlihat paruh baya. Perempuan ini ditemani lebih dari sepuluh  bodyguard.

Semu mereka  langsung di pindahkan ke dalam mobil. Terlihat seperti mobil khusus, lalu dibawa kesuatu tempat yang tidak dikenal satupun oleh mereka.  Setelah beberapa jam kemudian mereka diturunkan lalu digiring masuk kedalam gudang penampungan.

Di gudang yang berukuran tidak terlalu luas itu, mereka disatukan dengan perempuan-perempuan lainnya yang memang sudah berada disitu. Dari cerita Santi yang kini sudah memiliki dua buah hati, mereka di sekap dalam gudang sebelum akhirnya dijadikan  perempuan penghibur.

***

Waktu itu Santi mulai sadar dengan gerak gerik orang-orang yang mengawasi mereka. Larangan keluarpun mulai diberlakukan.

Dari penuturan mereka yang lebih awal tiba disana menceritakan apa sebenarnya pekerjaan yang diberikan. Dua perempuan yang datang dari Timika menuturkan kepada Santi bahwa semua perempuan yang ada disini akan dijadikan “wanita penghibur”.

Dikala malam tiba mereka semua akan dipaksa berpenampilan semenarik dan secantik mungkin. Tujuannya adalah untuk menggaet hati para pelanggan yang akan berkunjung, biasanya orang –orang lokal dan asing.

Santi yang sudah tiga malam di penampungan, merasa gelisah dan tentunya sedih. Frustasi  yang dirasakannya semakin menggila dan menjadi-jadi. Penyesalan untuk menerima tawaran kerja itu kerap mengahntuinya.

Namun nasi sudah menjadi bubur, kini Santi tinggal memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari jeratan tersebut.  Penyiksaan terhadap perempauan-perempuan lainnya sering dilakukan oleh para pengawas.  Bagi Santi mempekerjakan perempuan sebagai perempuan malam secara paksa adalah merenggut harga diri serta  bagian dari pelanggaran Hak Asasi Manusia.

***

Kabur dari gudang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun