Mohon tunggu...
Ahmad Nahrowi
Ahmad Nahrowi Mohon Tunggu... Jurnalis - Santri, Proletar

Pegiat Jurnalisme Pesantren

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nadzom Alfiyah di Saku Temanku

31 Desember 2019   14:36 Diperbarui: 31 Desember 2019   17:44 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"haiisss , jarnooo, lanjutkeun Hafalanmu."

"Husnudzon aja miii, lihat noh diselempitan pecinya, ada Nadzomnya kan".

Nampak di selimpitah peci sisih kanan Ahmad ada Nadzom alfiah ukuran setelapak tangan, sudah lusuh, covernya hampir cerai dengan isinya, tinggal satu staples yang masih nempel,  tanda kalau sering dipegang dan dilalar.

Detik-detik Mumi

Selesai Ngaji Bandongan kitab Bidayatul Hidayah, yang dibacakan oleh Ustadz Ghozali, sepanjang perjalanan menuju kamar U 9 , raut muka  husen agak aneh, mimik wajahnya terlihat geregetan mangkel, tangan kanannya erat memegang kitab muroqil ubudiyah, syarah dari kitab Bidayatul Hidayah, yang dibalut sajadah warna merah, tangan kirinya nampak sibuk garuk-garuk bokong, jari jemarinya menari-nari diatas sarung atlas." Wonten nopo kang Husen?"

Ahmad yang berjalan membuntuti dari belakang bertanya kepada Husen " ini Lho sen, guatelll poll  Poll bokongku, di cokoti tinggi (Tungau) koyaknya".

"Haluahh, ndak usah nyalahno tinggi, koen ae seng ra tau ados sen". Fahmi ngentahi, sambil meloncati bancik demi bancik yang menghubungkan gedung Muhafadhoh dan warung Akrab 2. " Dapuranmu mii, kayak lu tidak aja ". "Mpon kang monggo lanjut mlampah teng kamar, keburu surup, mangke dalu mumi lho". Ahmad nyoba melerai mereka berdua. 

Gedung Al-Ikhlas tempat ngaji bandongan mereka, sudah terkenal sedari dulu banyak tungaunya, apalagi lantai 2 dan 3,  yang masih berlantai kayu Jati. Praktis jika tidak memakai Sajadah tebal, harus rela shodaqoh darah kepada tungau-tungau.

Selepas nyeker kurang lebih 300 M. Dari Gedung Al-Ikhlas hingga Kamar U-9,mereka bertiga bergegas menyiapkan Alutista mandi, buru-buru lari ke jeding sewu, sambil ngantri.


Malam ini merupakan penentuan bagi mereka, jika berhasil setor 900 Nadzom, maka bisa ikut nyewu yang akan dilaksanakan Ba'da Mulud mendatang, jika kurang 900, otomatis gugur, dan harus menanggung konsekuensi takziran.

Nyewu bagi santri merupakan puncak prestasi hafalan, sebuah pencapaian yang tidak bisa ditunaikan oleh sembarang santri, disamping harus setor 1002 Nadzom, proses hafalanya penuh dengan drama, cobaan acapkali datang bagi mereka yang menghafal. Harta, Tahta, dan Wanita. Menjadi momok menakutkan, jika terlena, jangan harap khatam 1002.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun