Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Self-Blaming: Memahami Penyebab dan Strategi Berdamai dengan Diri Sendiri

2 November 2024   04:03 Diperbarui: 2 November 2024   04:10 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Self-blaming, atau kecenderungan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, adalah kebiasaan yang bisa merusak kesejahteraan mental kita. Ketika seseorang terus-menerus menganggap dirinya bertanggung jawab atas segala hal buruk yang terjadi, ini bisa berujung pada rendahnya harga diri, kecemasan, bahkan depresi. Memahami penyebab dan cara mengatasi self-blaming adalah langkah penting untuk berdamai dengan diri sendiri dan menjalani hidup yang lebih seimbang.

Mengapa Self-Blaming Bisa Terjadi?

1. Pengalaman Masa Lalu yang Belum Terselesaikan

Sering kali, self-blaming muncul akibat pengalaman masa lalu yang penuh tekanan atau trauma. Peristiwa di mana seseorang merasa disalahkan atau mengalami kejadian traumatis bisa tertanam dan membuat individu terbiasa memandang diri mereka sebagai sumber masalah.

2. Standar yang Terlalu Tinggi terhadap Diri Sendiri

Orang dengan standar yang sangat tinggi pada dirinya cenderung merasa tidak pernah cukup baik. Mereka sering kali sulit menerima kesalahan atau kegagalan, sehingga saat sesuatu tidak berjalan sesuai rencana, mereka lebih mudah menyalahkan diri sendiri.

3. Pengaruh Lingkungan Sosial

Lingkungan yang sering menyalahkan atau memaksakan tuntutan berlebihan dapat membentuk kebiasaan self-blaming. Misalnya, saat tumbuh dalam keluarga atau lingkungan yang keras, seseorang bisa menginternalisasi pola pikir ini, sehingga lebih rentan menyalahkan diri sendiri.

4. Kurangnya Pemahaman tentang Kontrol Diri

Seseorang yang tidak memahami batasan atau konsep kontrol diri dalam situasi tertentu sering kali merasa bahwa segala hal di luar kendali adalah kesalahannya. Hal ini bisa memunculkan rasa bersalah yang tidak perlu, bahkan untuk peristiwa yang jelas-jelas bukan tanggung jawabnya.

Cara Efektif untuk Mengatasi Self-Blaming

1. Kenali Pola Pikir Self-Blaming dan Lawan dengan Realitas

Langkah pertama dalam mengatasi self-blaming adalah dengan menyadari pola pikir ini. Mulailah mengenali momen-momen di mana Anda menyalahkan diri sendiri, kemudian coba pertanyakan kebenarannya. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah saya benar-benar bertanggung jawab atas semua ini, atau ada faktor lain di luar kendali saya?"

2. Fokus pada Pelajaran, Bukan Penyesalan

Ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik, alih-alih menyalahkan diri, cobalah untuk mengambil pelajaran dari kejadian tersebut. Tanya pada diri sendiri, “Apa yang bisa saya pelajari dari ini?” atau “Apa yang bisa saya lakukan berbeda di masa depan?” Mengubah fokus ke pembelajaran akan membantu Anda berkembang dan mengurangi kebiasaan self-blaming.

3. Praktikkan Self-Compassion atau Kasih Sayang pada Diri Sendiri

Bersikap lembut dan penuh kasih pada diri sendiri dapat menjadi obat ampuh untuk self-blaming. Alih-alih menilai diri dengan keras, ingatkan diri Anda bahwa setiap orang membuat kesalahan dan itu adalah bagian dari proses belajar. Cobalah berbicara pada diri sendiri seperti berbicara pada sahabat dekat yang sedang mengalami kesulitan, dengan kata-kata yang penuh pengertian dan dukungan.

4. Batasi Standar Diri yang Terlalu Tinggi

 Meskipun standar tinggi bisa menjadi motivasi, jika tidak dikendalikan, hal ini juga bisa menjadi penyebab self-blaming. Buatlah target atau standar yang realistis, dan pahami bahwa tidak apa-apa jika ada hal-hal yang tidak sesuai harapan. Terima bahwa kesempurnaan adalah ilusi dan jangan biarkan standar yang tidak realistis menjadi sumber tekanan pada diri sendiri.

5. Kembangkan Pola Pikir Berbasis Fakta

Untuk mengatasi kecenderungan self-blaming, mulailah menggantinya dengan pola pikir berbasis fakta. Saat Anda merasa bersalah atau menyalahkan diri, coba evaluasi situasi dengan mempertimbangkan semua faktor yang ada. Apakah benar ini sepenuhnya salah Anda, atau ada faktor eksternal yang ikut berpengaruh?

6. Temukan Dukungan melalui Konseling atau Terapi

Jika self-blaming sudah sangat mengganggu keseharian Anda, cobalah mencari dukungan dari terapis atau konselor. Melalui konseling, Anda bisa memahami lebih dalam akar dari self-blaming dan mendapatkan teknik coping yang efektif. Seorang profesional dapat membantu Anda mengembangkan cara-cara baru untuk menghadapi kesalahan tanpa harus menyalahkan diri sendiri secara berlebihan.

Memulai Perjalanan Berdamai dengan Diri Sendiri

Self-blaming adalah respons yang wajar, terutama bagi mereka yang merasa bertanggung jawab atas segala hal di sekitarnya. Namun, penting untuk memahami bahwa tidak semua hal bisa kita kendalikan. Dengan menerima keterbatasan diri dan mempraktikkan kasih sayang pada diri sendiri, Anda dapat mulai berdamai dan hidup dengan lebih tenang.

Perjalanan untuk berhenti menyalahkan diri sendiri mungkin membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, setiap langkah yang Anda ambil untuk menghentikan kebiasaan ini adalah langkah menuju kesehatan mental yang lebih baik dan hidup yang lebih bermakna. Kuatkan tekad untuk memperlakukan diri Anda dengan kebaikan, karena diri Anda layak mendapatkan kasih sayang dan penerimaan, dari orang lain dan dari diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun