3. Perubahan Pola Pikir di Kalangan Orang Tua
 Salah satu tantangan yang mungkin kurang disadari adalah resistensi dari sebagian orang tua siswa. Kurikulum Merdeka mengubah pola belajar dari yang konvensional menjadi lebih mandiri, di mana siswa dituntut lebih banyak berpikir kritis daripada sekadar menghafal.
Namun, beberapa orang tua masih beranggapan bahwa belajar yang baik adalah yang berbasis nilai tinggi dari ujian. Perubahan pola pikir ini butuh waktu dan dukungan edukasi bagi orang tua.
4. Pembiayaan untuk Pengembangan Infrastruktur dan Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum Merdeka memerlukan dukungan dana yang besar, baik untuk infrastruktur, pelatihan guru, maupun pengembangan materi pembelajaran. Bagi sekolah yang berada di bawah naungan pemerintah, dana mungkin bisa diupayakan, tetapi sekolah swasta, terutama yang berada di pedalaman, sering kali mengalami kesulitan dalam hal pembiayaan.
Jika masalah pendanaan ini tidak segera ditangani, penerapan Kurikulum Merdeka bisa mengalami kendala di berbagai daerah.
Harapan dan Langkah-Langkah Strategis Menuju Kurikulum Merdeka yang Efektif
1. Peningkatan Kapasitas Guru melalui Pelatihan Terstruktur
Pelatihan guru yang intensif dan berkelanjutan harus menjadi prioritas utama dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi dan organisasi profesi guru untuk menyelenggarakan pelatihan yang mendalam, baik dalam hal pedagogi kreatif maupun pemanfaatan teknologi.
2. Dukungan Teknologi yang Lebih Merata
Untuk mengatasi ketimpangan akses teknologi, pemerintah perlu memperluas jaringan internet dan menyediakan infrastruktur pendukung di sekolah-sekolah yang belum terjangkau.
Selain itu, penyediaan perangkat digital, seperti tablet atau laptop untuk sekolah-sekolah di daerah terpencil, akan membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.