Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Problematika Kurikulum Merdeka: Hambatan, Tantangan, dan Harapan

27 Oktober 2024   06:08 Diperbarui: 27 Oktober 2024   06:35 1993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi proses belajar mengajar di sekolah (sumber gambar: Beritasatu.com/Joanito De Saojoao)

Dalam penerapan Kurikulum Merdeka, banyak guru mengeluhkan beban administratif yang semakin berat, terutama untuk membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan mengevaluasi pembelajaran berbasis proyek.

Penelitian menunjukkan bahwa beban administratif sering kali menyita waktu guru yang seharusnya digunakan untuk fokus pada pengembangan materi ajar yang kreatif. Administrasi yang berlebihan ini pada akhirnya mengurangi efektivitas pengajaran.

4. Kurangnya Sosialisasi dan Pemahaman tentang Kurikulum Merdeka

Sebagian besar guru dan kepala sekolah masih merasa belum cukup memahami konsep dan tujuan utama Kurikulum Merdeka. Sosialisasi yang kurang mendalam menyebabkan pemahaman yang tidak seragam di antara tenaga pendidik, sehingga penerapan di lapangan menjadi berbeda-beda.

Akibatnya, murid di sekolah A bisa mendapatkan pengalaman belajar yang sangat berbeda dari murid di sekolah B, meskipun keduanya mengikuti Kurikulum Merdeka.

Tantangan dalam Mewujudkan Kurikulum Merdeka

1. Kebutuhan Penyelarasan dengan Sistem Evaluasi

Kurikulum Merdeka  pembelajaran yang lebih kreatif dan mendalam, tetapi sistem evaluasi yang digunakan masih seringkali mengandalkan metode ujian standar.

Tantangannya adalah menemukan sistem evaluasi yang mampu mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreativitas siswa secara efektif. Meskipun sistem penilaian berbasis proyek sudah diterapkan, banyak sekolah masih kesulitan menyelaraskannya dengan pola evaluasi yang sudah ada.

2. Pengembangan Materi Pembelajaran yang Relevan dan Kontekstual

Dalam Kurikulum Merdeka, materi pembelajaran diharapkan bisa disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan daerah masing-masing. Namun, tidak semua daerah memiliki sumber daya yang memadai untuk mengembangkan materi lokal yang relevan.

Misalnya, sekolah di pedalaman mungkin kesulitan mengakses materi pembelajaran berbasis teknologi atau mencari referensi terkini untuk siswa mereka. Keterbatasan ini menjadi tantangan besar dalam menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun