Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyingkap Akar Kekerasan di Sekolah: Ikhtiar Mewujudkan Sekolah Aman dan Harmonis

3 Oktober 2024   05:54 Diperbarui: 3 Oktober 2024   08:35 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan di sekolah (sumber: Pexels)


Di suatu siang yang panas, Andi, seorang anak kelas 8, duduk sendirian di pojok taman sekolah. Bekas memar di pipinya terlihat jelas. Teman-teman sekelasnya sudah pulang, tapi Andi memilih menunggu hingga sekolah sepi sebelum berani pulang.

Di dalam hatinya, ada rasa takut dan malu yang bercampur. Ini bukan pertama kalinya ia menjadi korban kekerasan dari teman-temannya. Kisah Andi hanyalah salah satu dari ribuan anak yang mengalami kekerasan di sekolah setiap tahunnya.

Kekerasan di sekolah adalah masalah yang semakin sering kita dengar. Video-video aksi bullying, perkelahian antar siswa, hingga kekerasan verbal diunggah ke media sosial, memperlihatkan betapa memprihatinkannya kondisi yang dihadapi anak-anak kita di sekolah.

Tetapi apa yang menyebabkan maraknya kekerasan di sekolah? Bisakah kita benar-benar menghilangkan kekerasan di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat belajar dan berkembang ini?

Faktor Penyebab Kekerasan di Sekolah

Setiap kekerasan memiliki akar yang dalam dan seringkali melibatkan banyak faktor. Berikut adalah beberapa faktor utama penyebab kekerasan di sekolah:

1. Lingkungan Keluarga yang Kurang Kondusif

Banyak kasus kekerasan di sekolah dimulai dari rumah. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang keras atau penuh konflik sering kali membawa pola perilaku yang sama ke sekolah. Kekerasan verbal atau fisik di rumah membuat mereka merasa bahwa perilaku tersebut dapat diterima.


2. Tekanan Sosial dan Peer Pressure

Remaja sering kali merasakan tekanan besar dari teman sebayanya untuk menyesuaikan diri atau "tampil kuat". Dalam beberapa kasus, kekerasan menjadi cara untuk mendapatkan pengakuan atau dominasi di antara kelompok teman sebaya.

3. Pengaruh Media Sosial dan Konten Kekerasan

Di era digital ini, media sosial dan konten yang mengandung unsur kekerasan sangat mudah diakses oleh anak-anak. Tayangan yang mempromosikan agresi atau bullying sebagai hal yang "keren" dapat memengaruhi persepsi anak-anak tentang bagaimana mereka harus berperilaku di sekolah.

4. Sistem Sekolah yang Kurang Tanggap

Kadang, sekolah belum memiliki sistem yang memadai untuk menangani kasus kekerasan. Ada kasus-kasus di mana korban kekerasan takut melapor karena merasa tidak akan ada tindakan nyata dari pihak sekolah.

Selain itu, kurangnya pelatihan bagi guru dan staf untuk mengenali serta mencegah kekerasan juga berkontribusi terhadap terjadinya masalah ini.

Bisakah Kekerasan di Sekolah Dihilangkan?

Mungkinkah kita benar-benar menghapus kekerasan di sekolah? Jawabannya adalah, meskipun tantangannya besar, kita bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan kekerasan di sekolah jika semua pihak yang terlibat---orang tua, siswa, guru, dan pemangku kepentingan---bekerja sama.

Hal Ini bukan sekadar tanggung jawab satu pihak, melainkan harus menjadi gerakan bersama untuk menciptakan sekolah yang aman dan harmonis.

Solusi yang Dapat Dilakukan oleh Semua Pihak

Untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan, berikut beberapa langkah yang dapat diambil oleh orang tua, siswa, guru, dan pemangku kepentingan:

1. Orang Tua: Ciptakan Lingkungan Positif di Rumah

Orang tua memiliki peran besar dalam membentuk perilaku anak. Rumah yang penuh kasih sayang, komunikasi terbuka, dan dukungan emosional akan mengurangi kemungkinan anak-anak menjadi pelaku atau korban kekerasan di sekolah.

Orang tua perlu lebih peka terhadap perubahan perilaku anak, termasuk tanda-tanda bahwa anak mengalami kekerasan di sekolah. Melibatkan diri dalam kehidupan anak-anak, berbicara dengan mereka secara teratur, dan mengajarkan empati serta pengendalian diri adalah langkah awal yang penting.

2. Siswa: Tingkatkan Kepedulian dan Solidaritas

Siswa juga memiliki peran dalam menciptakan sekolah yang bebas kekerasan. Mereka harus diajarkan untuk saling peduli dan menumbuhkan solidaritas. Sekolah bisa mengadakan program "teman peduli" di mana siswa dilatih untuk mengenali tanda-tanda bullying atau kekerasan, serta bagaimana cara mendukung teman yang mengalami hal tersebut.

Selain itu, penting untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa melapor kekerasan bukan berarti "mengadu", tetapi adalah tindakan berani untuk menjaga keamanan semua pihak.

3. Guru: Berperan Sebagai Pendamping, Bukan Hanya Pengajar

Guru adalah sosok yang memiliki akses langsung terhadap perilaku siswa di sekolah. Mereka harus dilatih untuk mengenali gejala kekerasan dan cara menanganinya.

Program pelatihan tentang pendekatan restoratif---di mana guru dan siswa bekerja sama dalam menyelesaikan konflik tanpa kekerasan---dapat menjadi salah satu solusi efektif.

Guru juga perlu membangun hubungan yang lebih dekat dengan siswa, sehingga siswa merasa aman untuk melapor jika mereka menjadi korban atau saksi kekerasan.

4. Pemangku Kepentingan: Kebijakan yang Tegas dan Preventif

Pemerintah dan pihak sekolah harus mengembangkan kebijakan yang jelas terkait kekerasan. Ini mencakup tidak hanya hukuman bagi pelaku kekerasan, tetapi juga program pencegahan seperti konseling, edukasi tentang anti-kekerasan, dan kampanye di sekolah.

Sekolah juga harus bekerja sama dengan ahli psikologi anak untuk memberikan sesi bimbingan rutin bagi siswa yang menunjukkan perilaku agresif atau bermasalah. Kebijakan ini harus diterapkan secara konsisten agar siswa merasa aman dan terlindungi.

Mewujudkan Sekolah yang Aman

Kisah Andi hanyalah salah satu dari banyak cerita yang terjadi di sekolah-sekolah kita. Namun, ini tidak berarti bahwa kita harus menyerah pada keadaan.
Kekerasan di sekolah bisa diatasi jika kita semua, dari orang tua hingga pemerintah, bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang bagi anak-anak kita.

Di tangan kita semua, masa depan anak-anak dapat diubah menjadi lebih baik. Kita dapat membantu mereka tumbuh di lingkungan yang bebas dari kekerasan, sehingga mereka dapat fokus pada apa yang benar-benar penting: belajar, berteman, dan bermimpi. Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun