Wanita sering kali merasa perlu bekerja lebih keras untuk membuktikan kemampuan mereka di tempat kerja, terutama dalam lingkungan yang didominasi oleh pria.
Tekanan untuk terus berprestasi dan menunjukkan kompetensi ini dapat menyebabkan stres berlebih. Selain itu, adanya bias gender seperti diskriminasi upah dan kesempatan promosi yang tidak setara menambah beban mental yang dirasakan wanita.
4. Kurangnya Fleksibilitas Kerja
Fleksibilitas kerja menjadi kebutuhan penting bagi banyak wanita, terutama bagi mereka yang harus mengelola tanggung jawab keluarga.
Sayangnya, tidak semua perusahaan menyediakan fleksibilitas yang memadai, seperti opsi kerja dari rumah, jam kerja fleksibel, atau cuti yang ramah keluarga. Ketidakmampuan untuk menyeimbangkan antara kehidupan profesional dan personal ini sering kali menyebabkan burnout.
5. Harapan yang Tidak Realistis dan Perfeksionisme
Wanita cenderung lebih perfeksionis dan menetapkan standar yang tinggi untuk diri mereka sendiri. Perfeksionisme ini bisa menjadi pedang bermata dua yang membuat mereka terus bekerja tanpa henti, bahkan di luar jam kerja.
Ketika harapan yang tidak realistis ini tidak terpenuhi, wanita sering merasa gagal dan kewalahan, yang pada akhirnya memperburuk kondisi burnout.
Solusi Mengatasi Burnout pada Wanita di Tempat Kerja
1. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Mendukung dan Inklusif
Perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesetaraan gender, di mana setiap karyawan, tanpa memandang gender, merasa dihargai dan didukung.
Hal ini termasuk memberikan kesempatan yang sama untuk promosi, pengakuan prestasi, dan akses terhadap pelatihan atau mentoring.