Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Foodie

9 Fakta-fakta Menarik dari Kuliner Papeda Khas Papua

14 September 2024   13:10 Diperbarui: 14 September 2024   13:11 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Papeda adalah salah satu kuliner tradisional yang sangat terkenal dari Papua dan Maluku. Terbuat dari tepung sagu, papeda memiliki tekstur yang kenyal dan lengket, serta disajikan bersama dengan kuah ikan atau sayur.

Sebagai makanan pokok masyarakat Papua, papeda tidak hanya mengandung nilai budaya yang tinggi, tetapi juga memiliki beberapa fakta menarik yang jarang diketahui.

Berikut adalah fakta-fakta menarik dari kuliner papeda khas Papua yang patut untuk diketahui.

1. Bahan Utama: Sagu

Salah satu ciri khas utama papeda adalah bahan dasarnya, yakni sagu. Pohon sagu merupakan tanaman asli yang tumbuh subur di tanah Papua dan Maluku, dan telah menjadi sumber pangan bagi masyarakat setempat sejak zaman dahulu.

Proses pembuatan sagu cukup panjang, mulai dari menebang pohon sagu, memeras batangnya untuk mendapatkan pati sagu, hingga mengolahnya menjadi tepung.

Tepung inilah yang kemudian diolah menjadi papeda. Sagu juga dikenal sebagai sumber karbohidrat yang kaya serat dan rendah gula, sehingga sangat baik untuk pencernaan.

2. Tekstur yang Unik

Papeda memiliki tekstur yang sangat unik dibandingkan dengan makanan pokok lainnya. Papeda tidak berbentuk butiran seperti nasi atau jagung, melainkan berbentuk lengket dan kenyal mirip lem kental.

Saat dimakan, teksturnya yang licin membuat papeda berbeda dari makanan lain, sehingga cara menikmatinya pun berbeda. Papeda biasanya disantap dengan cara disedot menggunakan sumpit atau sendok khusus, kemudian langsung dimakan bersama kuah atau lauk pendampingnya.

3. Cara Penyajian yang Khas

Papeda biasanya disajikan dengan kuah ikan berbumbu kuning, yang terbuat dari ikan tongkol atau ikan kakap yang dimasak dengan kunyit, daun salam, dan rempah-rempah lainnya.

Kuah kuning ini memberikan rasa gurih dan sedikit asam, yang cocok dipadukan dengan rasa tawar dari papeda. Selain ikan kuah kuning, papeda juga sering disajikan dengan sayur mayur, seperti daun melinjo atau sayur ganemo (daun pepaya muda), yang direbus hingga empuk.

4. Nilai Gizi yang Tinggi

Meskipun papeda terlihat sederhana, makanan ini kaya akan nutrisi. Sagu sebagai bahan utama mengandung karbohidrat kompleks yang baik sebagai sumber energi.

Selain itu, lauk pendamping seperti ikan kuah kuning mengandung protein yang tinggi, serta kaya akan asam lemak omega-3, yang baik untuk kesehatan jantung dan otak.

Bagi masyarakat Papua, papeda merupakan makanan yang bisa memenuhi kebutuhan nutrisi harian mereka dengan baik.

5. Simbol Kebersamaan dan Tradisi

Di Papua, papeda bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol kebersamaan. Dalam acara-acara adat, perayaan, atau kumpul keluarga, papeda sering disajikan untuk dimakan bersama-sama.

Penyajiannya pun melibatkan beberapa orang yang membantu memutar adonan papeda hingga mencapai tekstur yang pas sebelum dibagikan kepada setiap anggota.

Tradisi ini memperlihatkan nilai gotong royong dan kebersamaan yang masih sangat kental di dalam kehidupan masyarakat Papua.

6. Papeda Tersebar Hingga Maluku

Meskipun terkenal sebagai kuliner khas Papua, papeda juga menjadi makanan pokok bagi masyarakat Maluku. Di kedua wilayah ini, papeda memiliki peranan yang sama pentingnya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Penggunaan sagu sebagai makanan pokok di Maluku sudah berlangsung selama berabad-abad, dan papeda menjadi salah satu cara pengolahan sagu yang paling populer.

7. Ramah untuk Penderita Diabetes

Sagu, bahan utama papeda, memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dibandingkan nasi putih. Artinya, sagu tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang signifikan setelah dikonsumsi, sehingga cocok untuk penderita diabetes.

Meskipun papeda adalah makanan yang kaya akan karbohidrat, tetapi kandungan serat yang tinggi dalam sagu membuatnya lebih sehat dan baik untuk pengaturan kadar gula darah.

8. Pengolahan Sederhana namun Memerlukan Keahlian

Meskipun terlihat sederhana, proses pembuatan papeda memerlukan keahlian khusus. Tepung sagu harus diolah dengan proporsi air yang tepat dan dimasak dengan metode pengadukan yang konstan agar mendapatkan tekstur kenyal dan tidak terlalu cair.

Jika terlalu lama dimasak atau salah dalam mengatur panas, papeda bisa menjadi terlalu keras atau terlalu cair, yang tentunya akan mengurangi cita rasanya.

9. Varian Papeda di Berbagai Daerah

Di setiap wilayah Papua dan Maluku, papeda bisa memiliki variasi dalam cara penyajian dan pengolahan. Ada yang menyajikan papeda dengan kuah ikan pedas, ada juga yang menambahkan sayur atau rempah khas daerah tertentu.

Variasi ini menunjukkan bagaimana papeda telah diadaptasi sesuai dengan preferensi rasa masyarakat di berbagai wilayah, namun tetap mempertahankan esensi dasarnya sebagai makanan pokok.

Papeda adalah salah satu kuliner khas Indonesia yang tidak hanya kaya akan rasa, tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi.

Dari bahan dasar sagu yang alami hingga cara penyajiannya yang unik, papeda menjadi simbol kebersamaan dan identitas masyarakat Papua dan Maluku.

Selain itu, papeda juga memiliki manfaat kesehatan, termasuk sebagai makanan rendah gula yang baik untuk penderita diabetes.

Dengan segala keunikan dan manfaatnya, papeda layak dijadikan sebagai salah satu warisan kuliner yang harus terus dilestarikan dan dikenalkan kepada generasi muda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun