3. Teknologi dan Infrastruktur:Â
Meskipun teknologi biofuel telah berkembang, masih diperlukan investasi besar untuk memperluas produksi dan meningkatkan infrastruktur, seperti fasilitas pengolahan dan distribusi.Â
Selain itu, transisi dari bahan bakar fosil ke biofuel memerlukan adaptasi dari industri otomotif dan transportasi, termasuk modifikasi mesin dan sistem distribusi bahan bakar.
Biofuel di Indonesia
Indonesia telah mengambil langkah signifikan dalam pengembangan biofuel, terutama biodiesel berbasis kelapa sawit. Program mandatori B30 (campuran 30% biodiesel dengan solar) yang diterapkan oleh pemerintah sejak tahun 2020 merupakan salah satu upaya nyata dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor dan menekan emisi.Â
Kebijakan ini tidak hanya berdampak positif pada ekonomi, dengan mengurangi impor solar, tetapi juga mendukung industri kelapa sawit nasional.
Namun, di sisi lain, tantangan terkait keberlanjutan produksi kelapa sawit masih menjadi perhatian. Untuk memastikan keberlanjutan biofuel, penting bagi Indonesia untuk terus meningkatkan praktik-praktik pertanian berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Biofuel menawarkan solusi yang potensial dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sekaligus menghemat devisa negara melalui pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil.Â
Namun, pengembangan biofuel harus dilakukan secara hati-hati untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada, seperti persaingan dengan produksi pangan dan dampak lingkungan.Â
Dengan kebijakan yang tepat, biofuel dapat menjadi salah satu pilar penting dalam transisi menuju energi bersih dan kemandirian energi.
Rujukan: