Di sebuah desa yang subur bernama Desa Harapan, pemilihan kepala desa selalu menjadi peristiwa besar yang ditunggu-tunggu oleh warganya.
Tahun ini, tiga calon telah muncul sebagai kandidat: Pak Darto, seorang petani yang dikenal jujur dan berpengalaman; Pak Surya, seorang pengusaha sukses yang baru pindah ke desa; dan Pak Joko, seorang tokoh muda yang karismatik dan pandai berbicara.
Masyarakat desa terpecah dalam mendukung ketiga calon tersebut. Pak Darto, meskipun bukan yang paling kaya atau pandai berbicara, mendapat dukungan kuat dari para petani dan orang-orang tua yang menghargai kejujuran dan kerja kerasnya.
Pak Surya mengandalkan kekayaannya untuk memikat pemilih, sementara Pak Joko memanfaatkan kepandaiannya dalam berbicara untuk menarik simpati kaum muda.
Hari pemilihan pun tiba. Di balik semangat demokrasi yang dikumandangkan, ada sesuatu yang tak terlihat oleh banyak orang.
Pak Surya dan Pak Joko, diam-diam menjalin kesepakatan rahasia untuk saling mendukung dan mengalahkan Pak Darto.
Dengan uang dan kekuasaan yang mereka miliki, mereka menyusun strategi untuk memanipulasi suara.
Sore itu, ketika penghitungan suara selesai, nama Pak Joko diumumkan sebagai pemenang. Para pendukungnya bersorak sorai, sementara Pak Darto menerima kekalahannya dengan lapang dada, meskipun banyak yang tahu bahwa kemenangannya telah dirampas secara tidak adil.
Setelah pelantikannya, Pak Joko dengan penuh percaya diri berpidato di hadapan warga desa. "Saya berjanji, Desa Harapan akan maju di bawah kepemimpinan saya! Kita akan membangun infrastruktur, meningkatkan pendidikan, dan membuat desa ini menjadi lebih makmur!"
Namun, seiring berjalannya waktu, janji-janji itu mulai memudar. Jalan desa tetap berlubang, sekolah desa masih kekurangan buku, dan program-program yang dijanjikan tidak pernah terlaksana.
Setiap kali warga menanyakan janji kampanyenya, Pak Joko selalu punya alasan: anggaran tidak cukup, waktu tidak memungkinkan, atau masalah teknis yang tidak terduga. Warga desa mulai merasa kecewa.
"Apa janji-janji itu hanya untuk kampanye saja, Pak?" tanya Bu Siti, seorang pedagang pasar yang dulu sangat antusias mendukung Pak Joko.
Pak Joko tersenyum getir. "Tentu saja tidak, Bu Siti. Hanya saja, ada banyak hal yang harus diurus, dan semua butuh waktu."
Tetapi, waktu terus berlalu, dan perubahan yang dijanjikan tak kunjung datang. Kecurigaan mulai muncul di benak warga.
Mereka melihat Pak Joko semakin sering pergi keluar kota, hidupnya semakin mewah, dan jarang terlihat di kantor desa.
Setahun setelah pemilihan, berita mengejutkan menyebar di seluruh desa. Pak Joko ditangkap oleh polisi karena dugaan korupsi.
Uang yang seharusnya digunakan untuk pembangunan desa ternyata dialirkan ke kantong pribadinya. Kehebohan pun terjadi. Warga yang dulu mendukungnya kini merasa ditipu.
Di balai desa, Pak Darto yang sudah lama tak terlibat dalam urusan politik, menatap pemandangan itu dengan sedih. "Saya sudah menduga ini akan terjadi," gumamnya.
"Kenapa Bapak tidak bicara dari dulu?" tanya seorang warga yang berdiri di sampingnya.
"Saya pernah mencoba," jawab Pak Darto. "Tapi tidak ada yang mendengarkan."
Warga desa akhirnya menyadari bahwa mereka telah tertipu oleh janji-janji manis yang tak pernah ditepati.
Mereka merasa muak dengan permainan politik yang hanya merugikan rakyat kecil. Pak Joko, yang pernah dielu-elukan sebagai pemimpin masa depan, kini meringkuk di balik jeruji besi, meninggalkan luka di hati warga yang sulit untuk sembuh.
Pemilihan berikutnya masih jauh, namun warga sudah tahu bahwa mereka tak akan mudah percaya lagi pada janji-janji yang terlupa.
Mereka belajar dengan cara yang pahit bahwa kejujuran dan integritas lebih berharga daripada sekadar kata-kata manis dan janji kosong.
Dan Desa Harapan, yang kini telah kehilangan harapannya, perlahan-lahan mulai bangkit kembali, bertekad untuk memilih pemimpin yang benar-benar peduli pada desa dan warganya, bukan hanya sekadar omong kosong belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H