Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Belenggu yang Tak Terlihat

19 Agustus 2024   10:28 Diperbarui: 19 Agustus 2024   11:17 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang yang merenung karena terbelenggu hatinya (Sumber gambar: Unsplash)

Dalam kesendirian dan kesedihannya, Satria menyadari satu hal: meski ia telah meninggalkan desa itu, belenggu diskriminasi dan prasangka masih menghantuinya.

Kebebasan yang ia dambakan tak pernah benar-benar ia rasakan. Baginya, kebebasan adalah hak yang seharusnya dimiliki oleh semua orang, namun kenyataannya, masih banyak yang hidup dalam penjara tak kasat mata, terbelenggu oleh aturan dan pandangan yang mengekang.

Di akhir hidupnya, Satria hanya bisa berharap bahwa suatu hari nanti, cinta dan kebebasan bisa berjalan berdampingan tanpa ada lagi diskriminasi.

Hingga saat itu tiba, ia hanya bisa menerima takdirnya, hidup dalam belenggu yang tak pernah terlihat oleh mata, namun sangat nyata di hatinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun