Nagekeo Bersatu menyaksikan sendiri betapa besarnya animo dan antusiasme seluruh undangan. Meski tidak 100% seremoni Reba ditampilkan di Taman Mini, seluruh rangkaian acara itu berhasil menyatukan hati, pikiran, dan perasaan seluruh undangan ke dalam satu cinta yakni cinta ala MAKI REBA (nasi reba).
LEBU DEWA versus LEBU RAYA
Nagekeo Bersatu tiba di pesta Reba kemarin ketika Romo Ronnie Netto Wuli, Pr tengah dengan gagah dan bersemangat menyampaikan seruan/kotbah pada perayaan ekaristi kudus.
SUWIO .. UWI.., demikian Romo Ronnie selalu mengucapkan frasa ini sebelum mengartikulasi bagian-bagian penting dari makna pesta Reba bagi kehidupan rohani anak manusia.
"Dalam kehidupan kita, jagalah nama baik orang!" demikian salah satu poin yang diucapkan Romo Ronnie dalam kotbah itu.
Suasana mulai berbeda ketika, setelah kotbah usai, kelompok paduan suara melantunkan lagu Anak Domba Allah (ANA LEBU DEWA) diringi tarian uwi (ubi). Nyanyian yang lembut dan mendayu-dayu, dimotori oleh tokoh NTT Marselinus Ado Wawo, menghadirkan sebuah ekaristi kudus yang lebih sakral, tentu karena dukungan ritual Reba yang sakral itu.
Sayangnya, seketika itu pula, konsentrasi awak Nagekeo Pos buyar oleh kedatangan gubernur NTT, Frans Lebu Raya. Tiba-tiba ada yang nyeletup: "Ya..lagu LEBU DEWA untuk LEBU RAYA". Sempat tersenyum sebentar, awak Nagekeo Pos kembali ke suasana batin.
Lebu Raya, Uskup Mgr Vinsensius Poto Kota, Romo Edu Dopo, SY, Pater Hubert Muda, SVD, ECW Neloe (tokoh NTT), Anton Tifaona (tokoh NTT), Sonny Pago (tokoh NTT), Berto Lalo (kepala kantor perwakilan NTT di Jakarta) lalu bergabung dalam tarian uwi bersama penari dan umat usai komuni. Tarian Uwi tak kalah pamor dari Tarian Ja'i berkat dukungan koreografi Emanuel Sebo dan Karel Dae.
John Billy dan Syprianus Bate Soro, keduanya adalah master of ceremony (MC) atau pembawa acara terkenal di Jakarta ini, menjelaskan bahwa Tarian Uwi adalah puji-pujian kepada ubi, personifikasi seorang ibu (tokoh perempuan) ontologi. Ibu yang memberi keselamatan hidup, menyelamatkan dari kelaparan.
MERPATI MELECEHKAN
Agak di luar konteks, tapi Marsel Muja, tokoh masyarakat Ngada di Jakarta, justru menggunakan momen pesta Reba di Jakarta ini untuk mengekspresikan kekesalan pada ulah maskapai penerbangan milik negara bernama Merpati belum lama ini.