Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ndeplok Gabah alias Napeni Gabah Padi

17 September 2023   19:26 Diperbarui: 19 September 2023   01:33 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ndeplok alias Napeni adalah proses pemilihan yang memisahkan antara gabah yang aos alias berisi dan gabah gabuk alias tidak berisi dan rusak. 

Pemilihaan ditujukan untuk pembuatan pinihan alias untuk bibit yang nantinya akan disemai. Pinihan adalah nama bibit padi yang sudah tumbuh usai gabah disemai. 

Siang tadi sekitar jam setengah dua belas aku ke kakus wudhu dan aku dengar suara biyung Misinah napeni gabah. 

"crek-crek-crek, crek-crek-crek" suara gabah dideplok menggunakan tampah. 

Kuambil hape dan langsung aku lihat ke pawonnya biyung Misinah. Langsung aku dokumentasi, ku rekam video dan foto. 

Usai semua dipastikan gabah bagus, tahap selanjutnya biasanya direndam. Atau di masukkan karung dan dibasahi air kemudian diikat rapat. Gunanya adalah agar gabah segera tumbuh menjadi kecambah atau tunas keluar sedikit akar. 

Proses perendaman hanya sampai akar menonjol keluar sedikit, selain mempercepat bibit tumbuh. Juga untuk memastikan jika disebar atau disemai dilahan lumpur sudah pasti tumbuh karena sudah berakar.

Baru nanti ketika tunas sudah tumbuh menjadi pinihan sekitar tinggi 20-25 cm baru dawut alias dicabuti. Dikumpulkan per satu ikat satu bongkok kemudian langsung ke proses tandur. Tandur menanam padi per satu batang.

Jika kebutuhannya untuk diambil berasnya lebih sederhana lagi prosesnya. Usai panen gabah dijemur sampai benar-benar kering. Kalau musim panas seperti ini cukup dijemur dua hari. 

Gabah kering langsung diselip alais rice mill. Proses sekarang seribet-ribetnya sudah terbilang simpel dan sederhana. Lain halnya jaman dahulu, gilingan padi masih menggunakan lesung atau lumpang. 

Betapa proses satu beras itu sangat panjang untuk menjadi nasi. Pun terselip proses do'a yang terangkum dalam setiap bulirnya. Masya'alloh, tabarokalloh. 

Minggu, 17 September 2023, kumulai menulis ba'da sholat ashar sekitar jam setengah empat. O ya belum ku ucap salam, salam dulu.

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. Shalom, om swastyastu, namo buddhaya, wei de dong tian. Salam sejahtera bagi kita semua, salam kebajikan. Rahayu rahayu rahayu.

Usai merekam biyung Misinah ndeploki gabah, aku duduk sejenak menunggu kumandang adzan dzuhur. Video langsung aku unggah, karena aku jarang mengunggah video di YouTube siang hari. 

Pingin lihat juga seperti apa kalau unggah di jam siang. Usai aku unggah video langsung aku sholat dzuhur. Terus nonton TVRI Klik Indonesia Siang. 

Nonton sejenak langsung tidur. Terbangun jam setengah dua. Sekitar satu jam tidur tapi snagat pulas ku rasakan. Tipi masih menyala, pas acara Kajian Islami. 

Nyimak sejenak pembicaranya Habib Abdurrahman Al Habsyi.  Temanya sangat menarik "mereka yang kembali". Ya, kembali kepada-Nya. Dimana kematian adalah jembatan untuk bertemunya manusia dengan pencipta. 

Pun, alangkah senangnya kematian bagi orang-orang yang beriman. Kematian datang kok malah senang? Karena akan bertemu Alloh SWT dan kekasih-Nya yakni Rosululloh Muhammad SAW. 

Manusia yang mempersiapkan diri tentu akan senang menjemput kematian. Kematian yang mutlaq karena ketetapan Alloh SWT. Bukan yang siap mati tapi bunuh diri, apalagi menggunakan bom bunuh diri. 

Seperti teroris yang matinya dengan membunuh atau melukai manusia lain. Teroris itu bentuk manusia yang pola pikirnya sangat teramat dangkal. Dianjurkan, dibujuk, disuruh untuk melakukan bom bunuh diri dan membunuh manusia lain. 

Tapi ketua teroris yang menganjurkan dan menyuruh malah tidak melakukan hal itu. Jadi yang bodoh disitu siapa? Kedoknya jihad, padahal konsep jihad yang semestinya tidak seperti itu. 

Jihad kok membunuh saudara sebangsa. Jadi agama Islam dikambing hitamkan oleh golongan yang ingin memecah belah. Ibarat nih, ada orang yahudi datang ke Indonesia. 

Orang yahudi tersebut sudah mengkaji dan hafal Al-Qur'an. Semisal sengaja ingin merusakkan agama mayoritas di Indonesia. Framingnya pasti akan tampil layaknya ulama.

Dari pakaiannya yang berjubah, yang dibaca pun Al-Hadits dan Al-Qur'an. Orang awam Indonesia melihat figur dengan tampilan seperti itu pasti akan mengira seorang Syekh. 

Apalagi bahasa arabnya lancar, tak tahu jika misi terselubungnya untuk menghancurkan Negara pun agama. Al-Hadits dan Al-Qur'an ditafsirkan secara sesat, tak lain hanya dijadikan alat untuk menjerumuskan. 

Ketika trapnya berhasil menangkap banyak orang. Massa yang direkut sudah cukup sambil terus berjalan sambil dilakukan pencucian otak. 

Pola pikir manusia yang fanatik itu mudah diperdaya. Jihad itu simpel, tidak membunuh ketika tidak diperangi. Bersedekah saja sudah jihad. Tak punya harta yang untuk sedekah walau sebiji kacang? Ya cukup dengan perkataan yang baik sudah sedekah. Tak bisa berkata baik? 

Ya cukup dengan diam dan senyumlah. Aku ingin mati ku adalah kematian yang dirindukan Alloh SWT dan Rosululloh Muhammad SAW. Entah, nanti, esok, lusa, ata kapan pun dan dimana pun, aku siap.

Karena aku pun rindu dengan-Nya, pun dengan Rosululloh Muhammad SAW dan seluruh rosul-rosul-Nya. Rasanya seru, asyik, tentram, ceria, penuh kebahagiaan.

Kala ku bayangan ku bisa duduk melingkar satu forum besar bersama para rosul dan nabi-Nya. Kubayangkan kelak di akhirat, setiap hari bisa berkumpul dengan kekasih-Nya. 

Setiap Jumat bertemu dengan Alloh SWT. Nikmat yang ter agung moment seperti itu, berkumpul bersama seluruh bala tentara-Nya. Masya'alloh, subhanalloh, tabarokalloh. Tapi ya kembali ku tengok siapa diri ini. 

Hanya seonggok daging yang hina. Tulang hina yang dibalut daging. Diri ini hanya tai yang dibalut usus, lemak dan sedikit daging. 

Betapa dosa yang telah ku perbuat begitu besarnya. Paling kelak aku dicemplungkan ke neraka-Nya. Betapa besarnya dosa ku, melebihi besarnya bumi beserta langitnya. Lebih besar dosa ku dibandingkan alam jagad raya ini. Naztaghfirulohal adzim. 

Tapi tak apa-apa, aku bertanggung jawab atas dosaku. Kalau perlu ya Alloh ya Robbi, seluruh dosa Bapak dan Simbok ku limpahkan sekalian semuanya kepada ku. 

Pun do'a saudara saudari dan seluruh keluarga ku, pun seluruh nasab-nasab ku, limpahkan seluruhnya kepadaku. Bahkan seluruh dosa umat Rosululloh Muhammad SAW, pun seluruh umat manusia yang seiman dengan ku.

Ampuni dosa mereka, limpahkan saja seluruh dosanya kepada ku, biarkan aku yang memikulnya. Aku kuat ya Alloh ya Robbi, tak lain karena kekuatan-Mu dan aku siap menanggung semua itu atas ridho-Mu. Sediakan mereka semua surga-Mu yang tertinggi. 

Bangunkan mereka istana yang sangat mewah dan megah, dengan bangunan emas, intan, Berlin, permata. Tempatkan mereka bersama Rosululloh Muhammad SAW. 

Ya Alloh ya Robbi yang telah me cipta kan seluruh alam jagad raya ini, aku merindu-Mu, aku merindu kekasih-Mu. Subhanalloh, alhamdulillah, walaa khaulaa walaa quwwataa illaa billaahil aliyyil adziim. 

Tadi sampai dengan kumandang adzan ashar tidak tidur lagi. Bangun dari tidur siang, lanjut nonton tipi yang masih menyala. Tak lama hujan turun, walau tidak deras tapi setidaknya membasahi bumi. Mungkin lebih tepatnya gerimis ya, tapi agak besar. 

Hujan berkah. (Dok. Pribadi)
Hujan berkah. (Dok. Pribadi)

Pun jadi tanaman ku tersiram, rumput di makam simbah-simbah ku juga turut tersiram. Enak bau tanah kering terkena air hujan, mengingatkan masa kecil kala main hujan. Jaman kecil seneng banget kalau hujan, hujan-hujanan sambil main mobil-mobilan. 

Kalau tidak mencari jalan turunan yang masih tanah tok belum di kasih batu. Lalu naik pelepah pinang yang lebar buat meluncur prosotan. Biasanya jalan-jalan setapak tepi sawah terus meluncurnya sampai ke wangan alias aliran irigasi.

Kalau hujan kan banjir, sekalian menghanyutkan diri di sepanjang aliran irigasi, jaman kecil ku seru. Kemudian, ku beranjak ke kakus ambil air wudhu, ganti baju terus sholat qobliyah. Tadi yang adzan ashar pak Kyai Jamzuri. 

Mendengarkan beliau puji-pujian aku duduk diteras belakang sembari menunggu iqomah. Iqomah kumandang, mau jalan ke mushola, pas berdiri malah keluar kentut kecil "mak plepessses". Langsung aku balik ke kakus dan langsung berwudhu lagi. 

Buru-buru handukan langsung lari ke mushola. Sampai di mushola aku masuk barisan pas imam rukuk. Wal hasil aku berdiri saja menunggu rokaat kedua baru aku takbirotul ikhram. Telat dua-tiga menit aku, karena pakai acara keluar kentut segala. 

Usai sholat berjamaah, jamaah beberapa saja siang, tidak seramai subub atau malam. Kurapikan sandal jamaah dan jalan pulang masih sedikit gerimis. Sampai rumah aku merebus daun teresede dan aku tinggal latihan menulis. 

Alhamdulillah kumandang adzan maghrib. Rehat dulu sejenak, berbuka puasa, sholat dan tadarus. Sekarang ini simpan dulu, insyaAlloh lanjutkan nanti ba'da tadarus. 

Alhamdulillah, sholat dan tadarus pun berbuka sudah terlaksana. Tadi ku awali dengan makan pisang raja, terus minum air rebusan daun teresede, terus makan kue bulang-baling. Makan besar lauk sayur terong dan jengkol lalap petai tapi cuma empat mata malas makan terlalu banyak. 

Terus makan kue bulang-baling dan minum air rebusan daun teresede lagi. Cuci gelas dan piring kotor, kek kakus pipis, gosok dan berwudhu. Ke kamar ganti baju dan sholat maghrib sepaket plus tadarus. Terus ini sembari nonton TVRI Klik Indonesia Petang, sembari lanjut latihan menulis lagi. 

Berita lima anggota KKB tertembak mati, alhamdulillah. Kalau setiap hari kena lima gitu kan tak sampai sebulan habis itu KKB. Pun berita korupsi bansos, berita harga beras yang naik, berita partai politik, berita bencana juga tentuya. 

Beras nanggung naiknya cuma 15 ribu per kilo, sekalian 30 ribu atau 50 ribu per kilo. Biar petani kampung kami bisa cepat pada naik haji. Lanjut sedari pagi, lari melesat mengingat waktu pagi tadi. 

Alhamdulillah aku bangun jam tiga lebih dua belas menit. Meleknya sedari jam setengah tiga, sekurang-kurangnya. Tapi ya tidak langsung beranjak bangun. Malas-malas dulu sambil ngantuk lagi. Jam tiga lebih baru beranjak, ambil handuk jalan ke kakus. 

Mandi, wudhu, minum air hangat, menyeduh kopi lalu aku tinggal sholat. Sholat tahajud dan sholat taubat terus dzikir iztighfar sampai jam empat kurang beberapa menit. Dzikiran tidak sambil ngantuk kali ini, karena menahan dingin usai mandi. 

Terus beranjak makan sahur lauk jengkol sama kering tempe. Malas lalap petai pagi tadi, pun ada mentimun tidak aku makan. Maka pisang raja satu buah, minum kopi dan air rebusan daun teresede, terus aku tutup dengan minum air bening. 

Kucuci piring dan gelas kotor, ke kakus pipis, gosok gigi dan berwudhu. Ke kamar sholat qobliyah subuh, lanjut mengunggah video pendek sambil mendengarkan mu'adzin puji-pujian. Kumandang iqomah, aku bergegas jalan ke mushola sholat subuh berjamaah. 

Usai sholat, imam langsung do'a karena pagi tadi ada undangan tahlil ke makam. Aku tidak ikut ke makam, karena Bapak yang sudah ikut ke makam. Tapi Bapak pun bangunnya agak telat, tidak ikut jamaah subuh, jadi ke makam juga ketinggalan. 

Aku sampai rumah langsung tadarus singkat tiga surah andalan. Kemudian, lihat langit timur sedikit mendung. Gabut aku scrolling hape sampai jam setengah sembilan. Tidak kemana-mana karena mendung cukup gelap. Sampai jam sembilan baru nongol matahari. 

Aku sholat dzuha sekitar jam setengah delapan atau jam sembilan. Sampai dengan jam setengah sepuluh, aku ambil buku dan mulai aku baca sambil menunggu kumandang adzan dzuhur. 

Alhamdulillah jam setengah sebelas aku tutup buku lalu aku dokumentasi biyung Misinah ndeplok gabah. Jadi pagi tadi dirumah saja, tidak ke gubuk, tidak kerumah Simbah. Menikmati me time, tapi setiap waktu, hehe. Ini sambil nonton liputan di BRIN.

Sudah kumandang adzan isya' alhamdulillah. Cepat sekali waktu berjalan, tiba-tiba sudah senin lagi. Tak terasa sudah satu minggu di kampung, sepulang dari Salatiga. Sekatang sholat isya' dulu, latihan menulis aku akhiri.  

Sudah pukul 19:26 WIB. InsyaAlloh besok latihan menulis lagi. Mohon maaf lahir dan batin atas buruk ya tulisan yang tidak bermutu ini. Salam dari pelosok Desa untuk Indonesia maju jaya, masyarakat sejahtera. 

Indonesia sehat, Indonesia hebat, Indonesia kuat. Bangkit dan terus melaju untuk Indonesia maju. Indonesia cerdas, Indonesia emas. Matur sembah nuwun. 

Nitip sehat...
SemngArt...
Dan jangan lupa...
Selelu bahagia...

Hati yang bahagia akan mampu menghadapi masalah dengan cara yang lebih indah. Juga terus perbanyak bersenyum. Alhamdulillah. Barokalloh. Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun