Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Ndeplok Gabah alias Napeni Gabah Padi

17 September 2023   19:26 Diperbarui: 19 September 2023   01:33 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa dosa yang telah ku perbuat begitu besarnya. Paling kelak aku dicemplungkan ke neraka-Nya. Betapa besarnya dosa ku, melebihi besarnya bumi beserta langitnya. Lebih besar dosa ku dibandingkan alam jagad raya ini. Naztaghfirulohal adzim. 

Tapi tak apa-apa, aku bertanggung jawab atas dosaku. Kalau perlu ya Alloh ya Robbi, seluruh dosa Bapak dan Simbok ku limpahkan sekalian semuanya kepada ku. 

Pun do'a saudara saudari dan seluruh keluarga ku, pun seluruh nasab-nasab ku, limpahkan seluruhnya kepadaku. Bahkan seluruh dosa umat Rosululloh Muhammad SAW, pun seluruh umat manusia yang seiman dengan ku.

Ampuni dosa mereka, limpahkan saja seluruh dosanya kepada ku, biarkan aku yang memikulnya. Aku kuat ya Alloh ya Robbi, tak lain karena kekuatan-Mu dan aku siap menanggung semua itu atas ridho-Mu. Sediakan mereka semua surga-Mu yang tertinggi. 

Bangunkan mereka istana yang sangat mewah dan megah, dengan bangunan emas, intan, Berlin, permata. Tempatkan mereka bersama Rosululloh Muhammad SAW. 

Ya Alloh ya Robbi yang telah me cipta kan seluruh alam jagad raya ini, aku merindu-Mu, aku merindu kekasih-Mu. Subhanalloh, alhamdulillah, walaa khaulaa walaa quwwataa illaa billaahil aliyyil adziim. 

Tadi sampai dengan kumandang adzan ashar tidak tidur lagi. Bangun dari tidur siang, lanjut nonton tipi yang masih menyala. Tak lama hujan turun, walau tidak deras tapi setidaknya membasahi bumi. Mungkin lebih tepatnya gerimis ya, tapi agak besar. 

Hujan berkah. (Dok. Pribadi)
Hujan berkah. (Dok. Pribadi)

Pun jadi tanaman ku tersiram, rumput di makam simbah-simbah ku juga turut tersiram. Enak bau tanah kering terkena air hujan, mengingatkan masa kecil kala main hujan. Jaman kecil seneng banget kalau hujan, hujan-hujanan sambil main mobil-mobilan. 

Kalau tidak mencari jalan turunan yang masih tanah tok belum di kasih batu. Lalu naik pelepah pinang yang lebar buat meluncur prosotan. Biasanya jalan-jalan setapak tepi sawah terus meluncurnya sampai ke wangan alias aliran irigasi.

Kalau hujan kan banjir, sekalian menghanyutkan diri di sepanjang aliran irigasi, jaman kecil ku seru. Kemudian, ku beranjak ke kakus ambil air wudhu, ganti baju terus sholat qobliyah. Tadi yang adzan ashar pak Kyai Jamzuri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun