Betapa proses satu beras itu sangat panjang untuk menjadi nasi. Pun terselip proses do'a yang terangkum dalam setiap bulirnya. Masya'alloh, tabarokalloh.Â
Minggu, 17 September 2023, kumulai menulis ba'da sholat ashar sekitar jam setengah empat. O ya belum ku ucap salam, salam dulu.
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. Shalom, om swastyastu, namo buddhaya, wei de dong tian. Salam sejahtera bagi kita semua, salam kebajikan. Rahayu rahayu rahayu.
Usai merekam biyung Misinah ndeploki gabah, aku duduk sejenak menunggu kumandang adzan dzuhur. Video langsung aku unggah, karena aku jarang mengunggah video di YouTube siang hari.Â
Pingin lihat juga seperti apa kalau unggah di jam siang. Usai aku unggah video langsung aku sholat dzuhur. Terus nonton TVRI Klik Indonesia Siang.Â
Nonton sejenak langsung tidur. Terbangun jam setengah dua. Sekitar satu jam tidur tapi snagat pulas ku rasakan. Tipi masih menyala, pas acara Kajian Islami.Â
Nyimak sejenak pembicaranya Habib Abdurrahman Al Habsyi. Â Temanya sangat menarik "mereka yang kembali". Ya, kembali kepada-Nya. Dimana kematian adalah jembatan untuk bertemunya manusia dengan pencipta.Â
Pun, alangkah senangnya kematian bagi orang-orang yang beriman. Kematian datang kok malah senang? Karena akan bertemu Alloh SWT dan kekasih-Nya yakni Rosululloh Muhammad SAW.Â
Manusia yang mempersiapkan diri tentu akan senang menjemput kematian. Kematian yang mutlaq karena ketetapan Alloh SWT. Bukan yang siap mati tapi bunuh diri, apalagi menggunakan bom bunuh diri.Â
Seperti teroris yang matinya dengan membunuh atau melukai manusia lain. Teroris itu bentuk manusia yang pola pikirnya sangat teramat dangkal. Dianjurkan, dibujuk, disuruh untuk melakukan bom bunuh diri dan membunuh manusia lain.Â
Tapi ketua teroris yang menganjurkan dan menyuruh malah tidak melakukan hal itu. Jadi yang bodoh disitu siapa? Kedoknya jihad, padahal konsep jihad yang semestinya tidak seperti itu.Â