Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

The Power of Writing Resume Buku Kang Ngainun Naim

26 Juni 2023   15:29 Diperbarui: 29 Juni 2023   04:27 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Masuk sub BAB "Mahasiswa Pasti Bisa Menulis", hahaha. Aku yang pengangguran saja bisa menulis, masak mahasiswa masih enggan menulis, hahaha. Abaikan dan harumkan nama mu dengan karya tulis. Bukan persoalan besar kecilnya pengaruh, tetapi yang lebih penting adalah kemauan dan kemampuan untuk menulis. Sayogyanya mahasiswa melalui menulis mampu memulai memikirkan bentuk strategi transformasi sosial. Peran apa yang dapat dilakukan mahasiswa era sekarang? Kontribusi yang nyata? Harusnya mampu melanggengkan gerakan menulis. Walau pengaruh tulisan tidak sehebat dan secepat gerakan fisik ataupun massa, tetapi pengaruhnya jauh lebih lama, mengikat, mengajar kuat dan mampu membangun kesadaran dalam skala yang sangat luas. Mau dan mampu untuk beraksi menulis apa saja, dimana saja dan kapan saja. Jangan terlalu peduli akan kualitas, berjalannya waktu kualitas akan akan naik dengan sendirinya. Bangunan utamanya dalam upaya latihan menulis adalah memompa semangat menulis, menjaga secara konsisten, tekun, rajin dan terua berusaha untuk menulis. Jadi kan menulis sebagai kegiatan yang kita nikmati dan kita hayati. Menurut kang Ngainun Naim "menulis baginya adalah nafas", maka menulislah sekarang juga, jangan lagi ditunda.

Weladalah keriting jempol ku, hahaha. Pukul 21:37 WIB, masuk ke BAB IV "Hambatan Menulis" sub BAB pertama "Saat Malas Menyapa" ya, ada kalanya malas menghampiri, penulis besar pun tak jarang dihampiri rasa malas, namun mereka mempunyai ramuan untuk menangkal dan menepia rasa malas itu, bukan seperti aku yang pemula masih latihan menulis, masih suka kalah dengan rasa malas. Hahaha. Tapi ini lagi sangat semangat, dari siang aku merangkum buku kang Ngainun Naim yang insyaAlloh sudah khatam aku baca. Alhamdulillah. Kita harus mampu mengfilter informasi yang masuk secara ketat, agar selalu memiliki gagasan yang jernih. Sikap malas adalah mentalitas negatif, ini bisa dikendalikan untuk orang yang tidak terlena dengan rasa malas yang muncul. Karena tak sedikit pemalas yang menikmati kemalasan. Orang yang tidak terlena dengan rasa malas akan mampu mengahironya dengan berbagai cara kreatif, terus berfikir dan berusaha keluar dari rasa malas dengan segera menulis tidak menunda-nunda lagi. Ada malas yang sipicu karena keadaan, malas karena mood, malas pemalas alias sengaja diciptakan sendiri, mentalitas seperti ini yang sangat berbahaya. Jangan sampai kita larut didalamnya kala malas menyandera kita, segera bangkit dan kembali menulislah. 

Sub BAB "Bingung Mau Menulis Apa" apapun tulis saja, dengan sering praktik akan memiliki peluang besar dalam menghasilkan karya. Menulis pengalaman, daily activities, bahkan apapun bisa kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Percaya diri dengan hasil tulisan kita, jangan malu, jangan takut dan jangan kuatir kata kang Ngainun Naim.

Sub BAB "Buat Apa Menulis", buat cari jodoh bisa, buat cari cuan bisa, buat makan ayam bisa, buat apa saja bisa, bahkan buat membunub seseorang bisa dengan tulisan. Kembali ke siapa yang menulis. Ibarat pisau dapur yang semestinya sebagai pemotong bumbu dan sayur di tangan orang yang salah bisa untuk membunuh. Tak ubah tulisan bisa sangat tajam melebihi tajamnya gilete goal. Hahaha. Menulis ada yang bertujuan transcendental dan ini bersifat jangka panajang, tujuan yang tinggi dan mulia, tentunya akan memiliki pengaruh yang sangat kuat. Tujuan transcendental ini mampu menghasilkan karya yang bersifat abadi. Seperti kitab-kitab yang sudah beruaia ratusan tahun dan masik relate dengan kehidupan era milenial ini tak lain karena tujuan transcendental sehingga mampu menembus dimensi ruang dan waktu. Dengan tujuan transcendental maka ekonomi otomatis akan mengikuti sepanjang komposisinya ideal. Ibarat nanam kopi panen 10 ton ya kembali kan ke kopinya buat pupuk dan perawatan harus seimbang, jangan panen 10 ton terus pohon kopi dibiarkan begitu saja tidak dirawat, ya pasti panes selanjutnya tidak maksimal, harus ada timbal balik yang setimpat, feedback yang balance, untuk mencapai hasil yang optimal. Jadi kan menulis sebagai hobi, agar terus bergairah dan menjalani ya dengan penuh rasa senang. Lagi-lagi untuk merawat tradisi. Pun sebagai pembeda atas diri kita dengan yang lain, karena menulis itu sebuah aktifitas yang unik, tidak semua orang mampu menulis. Ketika aktifitas menulis sudah menjadi tradisi didalam diri kita sayogyanya harus kita jaga dan lestarikan. 

Masuk sub BAB "Habitus Plagiasi". Tinggal rehat dulu dah, ngantuk sudah pukul 22:12 WIB. Lanjut resume besok. Hahaha. Ini simpan saja dulu. 

Semnagat pagi!!! Pagi ini Senin 26 Juni 2023 pukul 07:28 WIB aku sudah bisa meneruskan latihan menulis, latihan meresum. Sengaja memang, seluruh rutinitas ku aku percepat, aktifitas pun aku persempit tak lain agar mampu memberikan banyak waktu untuk menyelesaikan resume bukunya kang Ngainun Naim ini, target ku hari ini harus selesai, sehingga besok sudah bisa latihan menulis dengan tema yang lain. Rasanya asyik aku bisa meresum bukunya kang Ngainun Naim ini. Tidak sekedar membaca dan mencorat-coret bukunya, tapi juga aku mencoba untuk latihan meresum agar mampu semakin memahami dan menyerap esensinya.

Masuk ke sub BAB "Habitus Plagiasi", hal demikian tak jarang terjadi dikalangan dunia akademisi, bahkan dipaparkan kang Ngainun Naim bahwa tiga orang calon guru besar dari sebuah Universitas di Bandung melakukan plagiat diatas 90%, Aztaghfirulohal adzim, pantas saja Negara ini bobrok. Pun sangat banyak plagiat terhadap karya tulis ilmiyah. Banyak juga dari kalangan kawan-kawan ku kala itu yang melakukan plagiasi terhadap karyanya, bahkan tak sedikit yang skripsinya beli maupun membuat ya dengan joki, seorang joki bisa mengerjakan sampai dengan sepuluhnya skripsi dengan waktu bersamaan, apakah mungkin semua itu authentic idealis? Aku yakin lebih dari 90% plagiat dan copy-paste. Hahaha. Hanya demi lulus dapat ijazah. Mungkin juga kembali ke niat awal kuliah niatnya cari ijazah, entah buat kerja atau buat apa, jadi endingnya ya dapat ijazah saja, tidak banyak mendapatkan ilmunya, tidak meresapi hakikatnya mencari ilmu, bukan ijazah. Bersyukur masih dapat ijazah walau tugas akhirnya dikerjakan oleh joki, hahaha. Kata pepatah arab "al ilmu fisshudur laa fisshutur" ilmu itu dihati bukan dibuku, ditempat kan dihati dan terapkan, sumbernya bisa diperoleh dari berbagai hal yang kita baca, bisa membaca buku, membaca informasi, membaca alam, membaca kejadian, membaca keadaan dll. Kuncinya membaca, didalam manual book pedoman hidup yakni Al-Qur'anul-Kariem diterangkan dengan jelas ayat pertama dalam surat yang pertama kali turin yakni "Iqro'", bacalalah segalanya. 

Kembali ke tema plagiasi, fenomena ini banyak terjadi karena untuk berbagai kepentingan, akan sangat mungkin banyak di temukan kasus plagiasi jika dilakukan penelitian secara obyektif dan jujur. Sembab tidak sederhana untuk melakukan penelitian dan menulis, perlu sebuah keterampilan yang terus dilatih sehingga menjadi terbiasa. Dorongan mentalitas pragmatis memunculkan banyaknya kasus plagiasi. Sayogyanya perguruan tinggi memiliki kontrol ketat akan hal demikian, karena plagiasi ini small halnya kotoran yang perlu dibersihkan, jika tidak tentu akan berdampak dalam jangka yang panjang, domino effect yang besar. Karya tulis ilmiyah bukan mie rebus yang cukup diseduh air panas langsung jadi, bukan hal yang instan. Seinstan mie instan saja butuh proses untuk sampai bisa dinikmati, semakin prosesnya panjang dikasih bumbu tambahan, dikasih sayur, telur, daging dll tentu mie instan akan semakin nikmat, tapi jika langsung digado dimakan ya garing, asin dan tidak begitu nikmat. Beginilah analogi mie instan, hahaha. Latihan dengan terus menerus dengan penuh kecintaan dan perjuangan. Dilandasi dengan cinta yang mendalam sehingga tumbuh subur rasa suka dalam meneliti dan menulis. Tulis kang Ngainun Naim kutipan Albert Camus "bukan karena perjuanganlah kita menjadi seorang intelektual, tetapi karena kita intelektual maka kita menjadi pejuang-pejuang", ungkapan ini sayogyanya dijadikan senjata untuk menumpas kejahatan intelektual yang sangat marak.

Sub BAB "Jangan Mengeluh", woy!!! Pemuda bangun woy!!! Bangun!!! Ojo kakean sambat!!! Act now!!! Go go go!!! Apapun angan dan ingin kita ayo segera action, aktualkan. Hahaha. (gembor-gembori diri sendiri) hahaha. Banyak yang memiliki keinginan besar untuk menulis tapi tidak ada tindakannya. Aku salah satu manusia yang juga mengalami hal ini, banyak kesulitan dalam menuangkan gagasan, bingung editing, kala itu berasa menulis itu sangat sulit. Tapi berjalannya waktu menulis terasa gampang, mengalir dan bisa dibuat dengan penuh rasa nikmat, ya tak lain dengan proses yang terus menerus, awal yang sulit akan menjadi mudah seterusnya. Segera lah menulis jangan bergaya sibuk sehingga menunda-nunda untuk berkarya. Sempatkan waktu sepuluh sampai lima belas menit untuk merangkai satu kalimat satu paragraf atau satu quotes itu jauh lebih baik daripada mengeluh. Menumbuhkan semangat dan kegigihan dalam menulis itu butuh support dan support terbaik adalah diri sendiri.

Masuk sub BAB "Tidak Ada Fasilitas", hahaha, ini yang sedang aku alami, aku hanya punya hape jadul yang baterainya sudah ngedrop, jadi harus selalu nempel charger, tidap bisa lepas dari stop kontak. Tapi tidak menyulutkan ambisi ku untuk latihan menulis. Soale kalo tulis tangan di buku aku tidak bisa baca tulisan ku sendiri saking rapinya tulisan ku, hahaha, tulisan tangan ku seperti cacing kepanasan. Hahaha. Aztaghfirulohal adzim, jadi bikin asyik mengetik saja. Sempat beberapa kali aku tulis tangan untuk menjaga originalitas seperti yang aku tulis untuk caption instagram @amerta.raya aku butuh yang authentic, tapi ya tulisan sedikit-sedikit saja yang aku tulis tangan. Fasilitas ku sangat minim, memaksimalkan hape bulug ini, dan aku menikmati, karena hape ini sudah menemani ku sangat lama. Pun mengapa aku latihan menulis ini, karena ini opsi terakhir ku, aku sudah kehabisan modal untuk membuka usaha, usaha yang selalu gagal menguras keuangan ku, wal hasil sekarang ini ya menikmati keadaan, kesawah, dan melakukan hal yang aku pikir murah, mudah dan bisa segera aku lakukan yakni dengan memulai latihan menulis. Menulis apapun yang ingin aku tulis. Termasuk latihan meresum ini. Barokalloh. Fasilitas dan sarana seadanya saja, yang penting berani untuk terus latihan menulis. Alat mana yang Menurut kita nyaman dan efektif digunakan. Meskipun sebenarnya paling efektif ya buku dan pena, tidak perlu energi listrik, dikantongi bisa, nulis dibus, hutan, gunung, di pasar semua bisa dilakukan. Seperti yang dipaparkan kang Ngainun Naim yakni Prof. Mulyadhi Kartanegara beliau passion menulisnya sudah dengan tulis tangan, selain menjaga authentic-nya juga keterlibatan emotional yang mengikat kuat dengan tulisannya, pun modalnya yang sangat murah, praktis, memiliki keasyikan tersendiri dalam penulisan konvensional menggunakan pena dan kertas, bahkan akan lebih asyik lagi ketika mampu mengoperasikan pena yang traditional "pentul" alias pena tutul classic yang dipandu dengan tinta china, dengan guratan seni dalam menulisnya akan sangat menggairahkan. Jaman aku kecil ngabsahi alais murodi alias memakai kita kuning masih dengan pen tutul ini, aku jadi kangen pen ini, aku masih menyimpan tempat mangsi alias tempat tintanya dengan bahan kuningan. Jadi teringat jaman dulu. Hahaha. Kembali kepada menulis, sesungguhnya ini adalah aktifitas intelektual yang tidak mudah dilakukan. Menulis membutuhkan aktifitas pendukung yakni membaca, agar tidak kering, garing, renyahdan kriuk karya tulis ya seperti keripik Simbok yang garing, kriuk, renyah, gurihnya bikin nagih. Hahaha. (Screen time, promo kripik made in simbok) hahaha. 

Sub BAB selanjutnya "Tulisan Tidak Selesai", tulisan yang baik itu yang selesai. InsyaAlloh resume ini selesai. Semoga hari ini bisa selesai, entah siang, sore, atau malam, yang penting selesai. Hahaha. Ini bentuk langkah konkrit ku agar tidak sebatas menjadi "Penulis Cita-Cita" yang kata kang Ngainun Naim hanya cita-citanya sebagai penulis. Hehehe. Perihal ada yang baca ya alhamdulillah, tidak ada yang membaca ya alhamdulillah, yang penting tulisan ini selesai, dan tentu aku harus mempersiapkan agar semangat diri terus terjaga, dengan apa? Ya dengan menulis. Latihan ini juga menjadi sarana aku mempraktikkan diri dalam mengatasi hambatan untuk bisa menghasilkan karya, pun menambah jam terbang ku dalam latihan menulis. Menepis segala hambatan dan godaan untuk tulisan ini bisa selesai. Barokalloh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun