Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Aku Benci Saudaraku (Sibling Rivalry)

15 Agustus 2022   14:28 Diperbarui: 15 Agustus 2022   14:40 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Berhenti membandingkan. 

Ini klise ya? Banyak sekali nasihat parenting yang mengatakan hal itu. Tapi yaaa.. sekalipun banyak dilontarkan para ahli psikologi perkembangan anak, tetap saja orangtua melakukannya. Memang butuh latihan kok.. Latihan menahan diri untuk tidak bandingkan anak. Semakin sering Anda bandingkan anak, makin meriah hidup Anda. Percaya deh.. hehe.. 

6. Miliki hari khusus untuk tiap anak atau benda kesayangan. 

Hah? Bisa jadi Anda berkomentar seperti itu. "Lha anakku ada 8, gimana caranya membagi hari khusus? Bisa nggak kerja dong.." Hmm.. Maksud saya itu yaa.. Hari khusus bukan 24 jam hanya dengan 1 anak saja. Waktu spesial itu hanya membutuhkan sekitar 3 jam maksimal. 

Anda bisa memandikan anak, menyuapi seperti waktu dulu, mengajaknya bernyanyi, atau sekadar bersepeda keliling kompleks rumah. Selama melakukan itu, singkirkan semua urusan Anda dan jangan mengajak saudaranya. 

Saya pernah mendengar keluhan klien, "Saya sudah lakukan, Bu, tapi nggak ada hasilnya. Anak saya tetap iri sama adiknya." Setelah saya tanya, ternyata selama berduaan dengan anaknya, si ibu asyik nonton Youtube dan anak main game.. di foodcourt mall! Walah.. Itu sih sama saja. 

Kalau bukan hari khusus, milikilah benda kesayangan. Misalnya tanaman yang dirawat berdua dengan anak. Cuman resikonya kalau anak marah pada Anda, atau marah pada saudaranya, benda kesayangan itu akan menjadi sasaran pertama untuk dirusak. Pertimbangkan soal ini sebelum Anda memutuskan mempunyai benda kesayangan untuk tiap anak. 

7. Pisahkan sekolahnya.

Kalau memungkinkan, pisahkan sekolah anak Anda. Tapi kalau tidak, sekalipun sekolahnya sama, usahakan masing-masing anak punya kegiatan berbeda di luar sekolah. Pengalaman saya sendiri dulu ketika anak-anak saya masih kecil, mereka tidak terpisah sekolahnya. 

Keduanya bersekolah di sekolah yang sama sejak TK hingga SMP. Jarak sekolah sangat dekat dengan rumah menjadi pertimbangan utama. Namun ketika SMA, saya pisahkan. Anak-anak juga minta tidak satu sekolah dengan saudaranya supaya punya teman-teman berbeda. 

Selama satu sekolah, perbandingan bukan dari saya, tapi dari guru. Saya sempat menegur gurunya karena membandingkan secara jelas di depan anaknya. Selain itu, anak-anak saya tidak terlalu terganggu karena masing-masing punya kegiatan lain. 

Punya hobby berbeda, sehingga tidak timbul rasa bersaing. Kini keduanya sudah berkuliah dengan jurusan berbeda, tapi di universitas yang sama. Nah, sekarang malah rukun, saling mendukung, saling mengajari, dan saling memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan kampus, jadwal KRS, dan sebagainya. 

8. Buat prinsip dalam relasi dan tegaskan. 

Tidak cukup hanya berkata, "Tidak boleh bertengkar! Dengan saudara harus rukun!" Anda harus membuat prinsip-prinsip/value dalam relasi persaudaraan. Ikatan persaudaraan itu adalah ikatan paling lama yang pernah ada. Tidak berakhir ketika salah satunya meninggal (karena masih ada keponakan, mantu keponakan, cucu keponakan, dan seterusnya). 

Prinsip itu disesuaikan dengan karakteristik keluarga, budaya, dan faktor penting lainnya bagi keluarga itu. Misalnya : Saudara lebih penting dari barang, makanan, dan uang. Kalau mereka bertengkar karena makanan, Anda bisa ingatkan prinsip itu. 

Lalu ambil tindakan tegas terkait hal itu. Prinsip lain : Kakak lebih tua, tidak boleh membentak kakak di depan banyak orang. Adik masih kecil, belum sekuat kakak, jadi tidak boleh memukul adik. Kalau terjadi pelanggaran, anak perlu mendapatkan konsekuensinya, bukan sekadar ancaman yang tidak jelas. 

Tidak mudah memang ya, tapi bukan tidak mungkin. Jangan menunggu mereka sadar sendiri, karena mereka tidak bisa. Butuh peran orangtua untuk mendamaikan mereka. 

Semoga artikel singkat ini memberikan manfaat dan inspirasi bagi Anda semuanya. 

Daftar Bacaan 

Achmadi, A.N.L., Hidayah, N., Safaria, T., 2022. Pola Asuh Orangtua, Keharmonisan Keluarga, dan Jenis Kelamin, Pengaruhnya terhadap Sibling Rivalry pada Anak. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 13(1) : 318 – 326. 

Badger, J., Reddy, P., 2009. The Effects of Birth Order on Personality Traits and Feelings of Academic Sibling Rivalry. Psychology Teaching Review, 15(1) : 45 – 54. 

Hurlock, E.B., 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 

Papalia, D.E., Old, S.W., Feldman, R.D., 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Prenadamedia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun