Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Aku Benci Saudaraku (Sibling Rivalry)

15 Agustus 2022   14:28 Diperbarui: 15 Agustus 2022   14:40 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Tingkat agresivitas meninggi. Adiknya dipukul, ditarik, dibanting, dijambak, atau dicubit. Sebenarnya dia tidak benci pada adiknya, tapi jengkel dengan orangtuanya, dan melampiaskan pada adiknya. 

4. Membangkang perintah orangtua. Kalau tadinya anak patuh pada orangtua, sekarang berulah. Orangtua jadi terpancing emosinya. Label disematkan pada anak : Nakal. 'Dasar anak nakal ini yaa..' Plokk.. Dipukul pakai benda oleh ibunya. 

Nah, setelah Anda mengetahui bentuk perilaku adanya persaingan antar saudara, Anda bisa bertindak segera untuk menghentikannya. 

Solusi Praktis Atasi Sibling Rivalry

Tidak mudah bagi orangtua, terutama ibu berperan ganda, untuk menangani beragam tingkah anaknya. Kalau bisa sih, ingin anak-anak itu damai, rukun, akur, saling bantu tanpa diminta, dan suasana tenteram sepanjang waktu. Ya khan? Keinginan itu bisa terwujud kok, tapi nanti kalau mereka semua sudah kuliah di luar kota dan Anda tinggal sendirian di rumah bersama kucing, anjing, dan tanaman. 

Percayalah, ketika saat itu datang, Anda akan merasa kehilangan. Jadi nikmatilah masa-masa sibuk sebagai orangtua sekarang ini. 

Kalau situasinya tidak parah, Anda bisa mengatasi sendiri, tanpa bantuan tenaga profesional seperti Psikolog. Berikut ini langkah-langkah yang bisa Anda lakukan sendiri di rumah :

1. Amati dulu seberapa jauh sibling rivalry yang ada. 

Apakah kakaknya yang jealous dengan adiknya, atau sebaliknya? Jangan gunakan asumsi Anda, tapi amati sungguh-sungguh. Bisa jadi adik yang iri pada kakaknya, bukan sebaliknya. Anda bisa menggunakan bentuk perilaku sibling di atas sebagai patokan awal. 

Kalau mereka bertengkar, dengarkan dulu apa penyebabnya. Seringkali terucap kata-kata cemburu di sana. Tapi kalau pertengkaran itu berbahaya, ya harus segera dihentikan. 

2. Identifikasi perilakunya. 

Kalau selama ini Anda bereaksi dengan kemarahan, sekarang tahan diri dulu. Jangan-jangan perilaku 'ajaib' itu adalah bentuk sibling rivalry. Kalau ternyata iya, maka minta maaf pada anak, sambil ajak dia bicara mengapa dia lakukan itu. Dengan kesabaran, anak akan terbuka tentang perasaannya. 

3. Lihat pada diri sendiri. 

Amati diri sendiri, apa yang berubah dari diri Anda? Apakah Anda lebih mudah marah? Apakah Anda tidak punya waktu untuk mendampingi anak? Apakah waktu Anda lebih banyak untuk adik bayi dibandingkan kakak-kakaknya? 

Kalau iya -dan mungkin iya karena bayi butuh waktu lebih banyak- Anda bisa minta bantuan orang lain untuk merawat sejenak bayi kecil itu. Bisa jadi bahasa kasih anak-anak Anda (yang merasa kehilangan ibunya) adalah waktu berkualitas, maka tidak heran kalau mereka bertingkah polah yang memancing emosi. 

4. Ritual yang hilang. 

Kebiasaan apa yang tadinya ada, sekarang tidak ada lagi? Misalnya sebelum adik bayi lahir, Anda bisa memandikan anak pertama. Sekarang samasekali tidak pernah. Dulu Anda yang membuatkan susunya, sekarang dia harus membuat sendiri. 

Ritual itu penting bagi anak-anak karena mereka membutuhkan kestabilan. Anak belum mampu diajak berpikir jauh, mereka masih dalam tahap berpikir konkrit (apa yang dilihat itu yang dipercaya). Secara bertahap, kembalikan ritual itu. Saya tahu Anda lelah, apalagi kalau tidak ada ART, Anda sendiri harus bekerja. Namun saya yakin Anda bisa mengatur strategi agar ritual itu kembali, dan bayi Anda terawat baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun