Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenali Enkopresis (BAB di Celana atau Tempat Lain) pada Anak

20 Februari 2016   22:10 Diperbarui: 22 Maret 2022   00:16 2657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toilet training pada anak. Sumber: ablelearningenrichment

3. Menghindari situasi mencemaskan dalam kehidupan sehari-hari. Anak mengalami sesuatu yang mencemaskan, entah di rumah, di sekolah, atau di tempat lain. Mungkin mereka merasa tidak berdaya dalam menghadapi perubahan situasi baru, misalnya pergantian guru kelas, hukuman yang diberikan guru, disingkirkan teman sebaya, pertengkaran dengan teman, dan sebagainya. Bentuk meredakan kecemasan adalah BAB. Feces menjadi simbol dari pelepasan ketegangan psikis yang dialami. Mirip seperti orang dewasa yang cemas lalu diare berkali-kali. Namun orang dewasa mampu mengendalikan, bila situasi mencemaskan sudah lewat maka diarenya pun berhenti.

Solusi Untuk Mengatasi Enkopresis

Solusi untuk masalah ini akan lebih mudah bila diketahui penyebabnya. Namun menggali akar penyebabnya membutuhkan kesabaran dari orangtua. Secara garis besar, orangtua dapat melakukan beberapa hal ini :

1. Mengingat kembali masa toilet training. Bagaimanakah caranya mengajarkan anak untuk BAK dan BAB? Apakah anak pernah mengungkapkan kalau dia kesulitan menggunakan peralatan di kamar mandi, misalnya toiletnya terlalu tinggi, shower terlalu jauh dijangkau, atau kesulitan lainnya? Bagaimana sikap orangtua dalam masa toilet training itu?

2. Bila ternyata ada kesalahan dalam masa toilet training, maka sekarang lakukan toilet training ulang. Dan...dengan kesabaran!

3. Kalau poin no. 1 tidak ada masalah, orangtua dapat menelusuri sejak kapan enkopresis terjadi. Mulailah dari sana. Apa yang sedang terjadi pada saat itu? Bagaimana reaksi anak secara verbal yang mungkin waktu itu dianggap tidak penting oleh orangtua, misalnya anak baru kena hukuman gurunya, lalu dia cerita pada orangtua, tapi orangtua mengabaikan ceritanya. Bisa jadi hukuman guru itu mencemaskan baginya. Setelah menemukan penyebab kecemasan, segera lakukan pemulihan untuk situasi itu.

Bila kasus berlanjut, segera hubungi psikolog terdekat...hahaha...

Semoga bermanfaat.

 

Sumber Gambar dari sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun