"Karena aku punya kepentinganku sendiri! Ayo, bayar biaya bazaar!"
"Kepentingan"... aku hampir lupa, semua orang sibuk demi mencapai tujuan yang diutamakan. Jika seseorang sangat berdedikasi, dirinya akan mengorbankan keperluan lainnya demi tujuan utamanya tersebut. Termasuk bila orang lain membutuhkan pertolongannya - hampir mustahil dia akan rela.
Pelajaran ketiga dimulai. Kelasku yang sudah seperti kapal pecah lepas fisika ini tidak pernah siap menghadapi PPKn yang suka membebani tugas proyek. Selalu saja ada ide yang melintasi benak bapak guru satu ini. Apalagi sekarang adalah bulan November - mendekati Hari Pahlawan yang selalu dirayakan masyarakat Surabaya.
"Anak-anak, nilai ulangan harian kali ini diisi dengan tugas kelompok. Anggota kelompok kalian sudah saya pilihkan,"
Bertemu lagi dengan petuah khas guru terhormat ini. Selalu mengadakan tugas kelompok yang besar, selagi melucutkan panah lempar dengan menutup mata dalam merangkai anggota kelompok-kelompok.
"Kelompok 1: Haidar Rafi, Sena Aliyah..."
Pasangan pangeran-putri ini memang tak terpisahkan.
"...Indriani, Kaila Erna, dan Jessica Naya."
Aku bersyukur bisa bersama teman-temanku, tapi... kenapa Erna? Jika dunia mengetahui betapa sibuknya Jessi dan Sena, mengapa aku harus mengurusi Erna?
Tanpa terus menyambat, kami berlima berkumpul. Sindrom PKn ditambah beban pikiran keperluan lainnya menggambarkan raut lelah pada wajah-wajah kami. Namun, Sena sebagai anggota paling bertanggung jawab, langsung mengambil langkah.
"Rek, karena kita semua sibuk, dan nggak akan efektif kalau tugas ini dikerjakan online atau bahkan ditunda-tunda, bagaimana kalau kita langsung kerja kelompok saja nanti pulang sekolah?"