Mohon tunggu...
Nafi Ibdiyana
Nafi Ibdiyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pariwisata

Seorang mahasiswa jurusan pariwisata, suka baca, ngerjain soal matematika, dan nulis daily journal. Tertarik dengan dunia kepenulisan dan lagi belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memahami Sejarah Surakarta di Rumah Budaya Kratonan Solo

25 Juni 2023   23:52 Diperbarui: 26 Juni 2023   20:28 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Memasuki ruangan ketiga, rombongan kami dibagi menjadi dua kelompok. Bapak Guide menyampaikan bahwa kapasitas maksimum ruangan ketiga hanya 7 orang. Hal ini disebabkan karena ruangan ini hanya berukuran 2 x 9 meter. Ruangan ketiga adalah Ruang Senthong atau ruang cermin yang akan membawa pengunjung menjelajahi ruang gemerlap penuh imajinasi tentang cerita Multatuli sang pendobrak antikolonialisme. Ruangan ini dikelilingi oleh cermin datar hingga ke langit-langit ruangan, disetting dengan pencahayaan minim cenderung gelap serta dihiasi dengan instalasi seni lampu yang meninggalkan kesan artistik. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Ruangan berikutnya yang kami masuki adalah Ruang Merah. Sesuai dengan namanya, dinding ruangan ini didominasi oleh warna merah dengan display sejarah yang dicetak dalam bentuk bujur sangkar dan ditempel di dinding. Ruang ini menceritakan kisah seputar era politik etis dan kesadaran nasional serta peran dari Mangkunegaran VIII dan Pakubuwono XII. 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Ruang Terakhir. Dokumentasi Pribadi
Ruang Terakhir. Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Ruangan terakhir yang kami masuki adalah Ruang Gadri atau Pekiwon Mburi yang merupakan satu ruangan, tapi disekat menjadi dua. Section pertama menceritakan sejarah revolusi kemerdekaan tahun 1942-1946, sementara section kedua menampilkan perkembangan Kota Surakarta dari zaman dahulu hingga sekarang yang ditampilkan dalam bentuk video di sebuah smart tv. Di ruangan terakhir section pertama, Bapak Guide menjelaskan sesuatu yang cukup mengejutkan untukku karena informasi itu baru pertama kali kudengar dan kuketahui.

"Surakarta sempat menjadi daerah istimewa bersamaan dengan Yogyakarta. Namun, status daerah istimewa ini hanya bertahan satu tahun dan kemudian dicabut pada tahun 1946" ucap guide tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun