Mohon tunggu...
Muhammad Nafi
Muhammad Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Biodata Penulis

Muhammad Nafi, Mahasiswa program doktoral (S3) jurusan Ilmu Syariah di UIN Antasari.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Integritas dalam Perspektif Berani Keluar dari Zona Nyaman

20 Oktober 2020   11:00 Diperbarui: 20 Oktober 2020   11:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Delapan nilai utama MA-RI ini adalah penjabaran dari visi dan misi MA-RI tahun 2010-2035. Delapan nilai tersebut adalah: 1) Kemandirian, 2) Integritas, 3) Kejujuran (dalam naskah BP MA-RI, disebutkan bersamaan dengan integritas), 4) Akuntabilitas, 5) Responsibilitas, 6) Keterbukaan, 7) Ketidakberpihakan, dan 8) Perlakuan yang sama di hadapan hukum. Nah, kedelapan ini ini diwujudkan dalam program-program Akreditasi Penjaminan Mutu (APM) dan Zona Integritas (ZI) menujuk Wilayah Bersih dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani. 

Saya yakin bahwa hampir semua peradilan sudah menjalankannya, namun saat ini perlu pengakuan secara tertulis dari pihak yang berwenang. Hingga saat ini, sebagaimana kritik pada Setditjen Badilag (Drs. Arief Hidayat, S.H., M.M.) dalam sebuah artikelnya di Badilag.go.id, yang menyebutkan bahwa Pembangunan Zona Integritas: Bukan Formalitas Tetapi Totalitas. Saya menganalisa bahwa pak Setditjen yang telah banyak melanglang buana ke satker-satker di bawah Badilag, menemukan bahwa ada satker yang masih terpaku pada formalitas, yaitu hanya berusaha melengkapi eviden tanpa memperhatikan totalitas dalam proses pembangunannya.

Saya kira benar, karena banyak SDM yang masih dalam Comfort Zone dan tidak berani keluar dari Comfort Zone. Dengan itulah saya salut dengan gerakan BKDZN yang dimotori dan diinisiatori oleh Pak Setditjen Badilag tersebut. Gerakan moril ini semestinya diikuti oleh para pimpinan dan calon pemimpin tentunya, agar siap sedia untuk memacu SDM yang ada di satuan kerjanya untuk berani keluar dari zona nyaman.

Dari 8 nilai utama tersebut, kenapa saya memilih integritas sebagai bahasan utama saya saat ini? Ya, karena integritas sebenarnya adalah ruh dari Berani Keluar dari Zona Nyaman yang akhirnya akan berdampak kepada perubahan di lingkungan kerja dimana kita berada. Menurut pak Setditjen bahwa Integritas adalah milik orang yang berani keluar dari zona nyaman yang selalu menyertakan Allah Tuhan Yang Maha Kuasa di setiap aktifitasnya. 

Nah, ini bagi saya menarik untuk ditulis, kenapa? Karena niat untuk bekerja adalah salah satu hal yang mesti selalu diingatkan. Untuk apa? Untuk memberikan semangat bahwa kerja yang hari ini dilakukan tidak hanya berbentuk amalan dunia dan tidak bernilai akhirat. Ya niat perlu dipelajari dan diajarkan, diingat dan diingatkan. 

Sungguh bagus inovasi, doa bersama sebelum memulai pekerjaan, sungguh bagus ada morning meeting atau coffee morning meski sekedar bersapa dengan para tim kerja. Model-model ini dapat menjadi usaha preventif pencegahan KKN di satuan kerja, meningkatkan performa dan mencegah sikap dan prilaku malas dan aman dalam zona Nyaman.

Sangkin nyamannya di Zona Nyaman, manakala diminta untuk menyediakan eviden APM dan ZI untuk tahun 2020, yang diserahkan adalah eviden tahun 2018 atau bahkan hanya diganti cover depannya menjadi tahun 2020 dengan tanpa perubahan, bahkan si penandatanganpun sudah mutasi entah kemana. (ada di satker pembaca? Mungkin ada, tetapi bila tidak ada berarti sudah berhasil gerakan berani keluar dari zona nyaman yang pembaca lakukan, hihihihi).

"Step outside of your comfort zone and go beyond the boundaries that you and others have set for yourself." --- Julius Veal

(Melangkah keluar dari zona nyamanmu dan lampaui batas-batas yang kamu dan orang lain tetapkan untuk dirimu sendiri.)

Pengen rasanya saya menulis tentang integritas ini, dimulai dari bekerja dalam anjuran Alquran dan Hadis, kemudian disusul dengan pendapat-pendapat ulama tentang anjuran bekerja, niat bekerja, taktsir an-niat fi tholabi al-kasbi, kemudian larangan-larangan dalam bekerja, trik-trik sukses dalam bekerja, dan menghubungkannya dengan konsep gerakan BKDZN dan lain-lain yang tujuannya menjadi bacaan bagi SDM di satuan kerja yang paling tidak membuat ingatan mereka kembali pulih di sela-sela keringnya siraman ruhani tentang niat, dan terbelenggu dalam basahnya materi.

Bekerja adalah wasilah untuk mendapatkan rizki untuk diri kita, anak, istri dan keluarga, sedangkan menafkahi anak, istri, keluarga adalah kewajiban. Maka dengan demikian bekerja adalah wajib bagi kita, li al-wasail hukm al-Maqasid. Bekerja dapat membuat kita terhindar dari meminta-minta, bekerja dapat membuat kita bisa membantu meringankan beban orang lain, bekerja bisa menjadi wasilah membeli alat-alat untuk beribadah, termasuk haji, zakat, dan selainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun