Perempuan itu mengangguk dan menepuk bahu Hisham. "Semoga beruntung!" Lantas ia melenggang pergi.
"Tunggu!" panggil Hisham. "Apa kau tau di mana kediaman Tuan Amr?"
Terdengar pelan tawa geli dari perempuan itu. "Ikuti aku."
Setelah berkenalan singkat, Ayya, nama perempuan itu, terus bergaung indah di telinga Hisham. Ayya berkata bahwa Tuan Amr merupakan kawan karib ayahnya. ia biasa memanggilnya Paman Amr. Kebetulan sekali, berkat koneksi dari saudagar kaya di desa, Hisham yang dianggap rajin dan pekerja keras diutus untuk menjadi pelayan di rumah Tuan Amr.
"Oh! Aku hampir lupa, lusa akan ada pesta besar di pasar ini. Perayaan pernikahan Raja Agung Narmer dengan Putri Neithhotep. Kau harus datang!" jelas Ayya semangat.
Hisham merasa ragu. "Apakah pelayan rendahan sepertiku boleh?"
Ayya mengangguk mantap. "Selama kau terus bersamaku dan jangan berkeliaran sendiri."
Sesampainya di kediaman Tuan Amr, mereka disambut dengan ramah oleh tuan rumah. Tuan Amr sangat sederhana dan rendah hati, Hisham dibuat kagum dan takjub olehnya. Sangat berbeda dengan kaum kaya raya kebanyakan yang dingin dan angkuh.
"Nak, bagaimana kau bisa mengenal Nona Ayya?" tanya Tuan Amr, setelah Ayya berpamitan pulang.
Hisham tergagap. "Eh--anu, kami bertemu di pasar, ia membantuku."
"Ya, Nona Ayya memang orang yang seperti itu." Tuan Amr mengangguk takzim. "Sepertinya Nona nyaman denganmu. Kau beruntung, Nak."