Aku hanya menimpuk Mario dengan buku yang ada di hadapanku.
“Aduhhhh! Sensitip amat sih? Pms ya?” Tanya Mario ngaco.
“lagian lu nanya yang aneh-aneh aja!” jawabku sengak.
“lha pandangan mata lu waktu Shania lewat seolah-olah ada yang special gitu sama dia!” jelas Mario.
“diem lu ah, bawel! Lu kata nasi goreng kali pake special” ucapku sambil meninggalkan Mario keluar kelas.
Setelah beberapa jam pelajaran berlangsung, akhirnya bell istirahat berbunyi. Aku pun melangkahkan kakiku menuju kantin. Segera aku pesan bakso dan duduk dibangku sudut pojok kantin.
“Hei Dit, kok sendirian? Boleh gabung?”
“Eh Shan, iya boleh, duduk aja! tadinya sih aku mau sama Mario tapi katanya dia ada rapat OSIS.” Jelasku.
“oiya Dit, aku mau wawancara nih sama kamu tentang ekstra basket buat majalah akhir tahun sekolah kita.” Ucap Shania.
“kamu masih jabat jadi Pimpinan Umum mading ya? Kok belum ada pergantian generasi? Kan kita udah kelas XII?” tanyaku .
“iya, ini juga terakhir aku mengabdi di mading, bulan Februari kan deadline cetak majalahnya, nah abis itu ada pergantian jabatan deh. Lha kamu kok juga masih jabat jadi kapten basket sih? Kan seharusnya kamu udah pensiun?” jelasnya dan balik Tanya.