Namun, film ini mendulang antusias dengan caranya sendiri. Aspek yang paling menonjol adalah kelucuan dari sejumlah tokoh pendukung, asmara, dan tema kesabaran yang didukung oleh orang-orang terdekat tokoh utama. Hal ini berhasil menutupi kekurangan film ini dengan baik.
 G. PENUTUPÂ
 Keseluruhan film ini sangat bagus dan layak ditonton, terutama bagi pecinta film dengan tema religi yang tidak terlalu berat. Menawarkan perpaduan genre yang seimbang yaitu religi dan romansa antara Alif, Raisa, dan Randai. Film ini mengisahkan perjalanan seorang santri rantau dalam mencapai impian, dengan pesan tentang pentingnya kesabaran dalam proses menjalani kehidupan. Meskipun ada beberapa kekurangan, keunggulan film ini mampu menutupi kelemahan tersebut. Tema yang diangkat tidak terlalu berat dan menarik. Alur ceritanya pun atraktif dan tidak monoton. Dengan demikian, film Ranah 3 Warna mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam dunia perfilm-an dengan karakteristiknya sendiri.
 Mengingat kembali mantra yang diajarkan kepada Alif di pondok Madani :
 "Coba kalian bayangkan, misalnya Thomas Alva Edison yang menciptakan lampu ini kurang sabar, tidak tahulah kita bagaimana dunia ini jadinya. Dia gagal dalam eksperimen membuat lampu sampai ribuan kali. Tapi dia sabar, karena tahu di depan ada jalan. Bila dia sabar dan terus man jadda wajada, tentu lama-kelamaan dia akan beruntung. Dia bertahan dan mencoba lagi, dan terciptalah lampu pijar yang menjadi penerang dunia. Kalau dia tidak sabar, kita mungkin masih pakai obor untuk menerangi rumah. Tuhan akan menerangi jalan orang yang sabar..." Begitu jelas nasihat Ustad Salman dulu ketika membahas "mantra" man shabara zhafira."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H