Mohon tunggu...
Nadya Namad
Nadya Namad Mohon Tunggu... Buruh - Wira usaha bidang kuliner

Nadya Hoby; Memasak, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Journey of Life Nianti

24 Oktober 2022   15:44 Diperbarui: 24 Oktober 2022   15:57 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan keluarganya berangsur semakin baik, setelah setahun. Bahkan tahun ke dua mulai bisa menabung, kehidupan anak dan adik serta ibunya terjamin, hingga sampai akhir finist contrak. Tiga tahun berlalu, walau kerinduan terhadap anak dan keluarganya memuncak, Nian memilih bertahan dan tambah kontrak, walau nenek yang dirawat semakin tua dan mulai pikun. Dia tak peduli dengan segala ocehan. Walau kadang mentalnya down.

Bermula dari  rasa pusing yang menyerang kepalanya, membuat dia panik, walau begitu dia tetap kuat, entah sugesti atau apa namanya, kecemasan itu benar terjadi, ketika dokter memberi tahu. "There is a tumor lodged in your body"ada tumor yang bersarang di tubuhnya. Seolah langit runtuh dunia kiamat. Pikiran dia kacau balau, bayangan-bayangan buruk membuatnya putus asa.Di tambah lagi dengan ocehan neneknya yang terus membuli, membuatnya down, dia merasa kalah dan lebih baik menyerah. Beban seberat itu dia pendam, dia rasakan sendiri, dia tak mau ibu, adik, serta anak-anaknya bersedih. Lagi-lagi Tuhan menjadi juru selamat melalui kebaikan majikan yang tak ternilai oleh apapun, memberi kesempatan berobat sambil bekerja, bahkan diberikan biaya cuma-cuma sampai sembuh total.Perjuangan yang menguras air mata, bahkan tenaga, setahun bukan  waktu yang singkat, dia menjadi survive sebagai penyandang tumor.

Air mataku terkuras, sampai sesegukan tak bisa terhenti, sungguh dia perempuan yang kuat, hebat.

"  Yum " ucapnya sembari tersenyum lepas.

"Sama-sama kamu sudi berbagi, journey of your life denganku, terima kasih sudah mempercayaiku."Sembari kupeluk erat-erat.

Dua jam berlalu, kami pun harus pulang masing-masing, dan hari itulah terakhir aku bertemu Nian.

Selamat jalan Nian,Semoga bahagia di surga. Rencanamu tertata rapi, tapi rencana Tuhan tak bisa kita hindari. Kecelakaan itu mengharuskan kamu pulang memberi kesempatan anak-anakmu memelukmu terakhir kali.

Note:
"  Yum ."( "Terima kasih Yum telah mendengarkan ceritaku yang membosankan.")
("Xie-xie ni Yum yuanyi Ting wo wuliao de ghusi.")


 Taiwan, 24 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun