"Yumia dan Nianti sama-sama perempuan, tapi Nian wanita tangguh, kuat, dia malaikat tak bersayap; untuk keluarganya."
Sepoi angin yang sejuk membuatku betah berjibaku dengan angan-angan. Bahkan aku tak sadar terlelap. Sontak aku terperanjat dan terbangun,oleh suara ponsel yang bergetar dalam saku celana. Rupanya berulang kali panggilan dari Whatsap tak terjawab, bahkan pesan masuk dari Nian. Segera kubalas pesannya, dan mengiyakan untuk bertemu.
Aku dan Nian walau hanya teman diperantauan kami seperti saudara, jika ada masalah saling bercerita. Tak berselang lama setelah aku tiba di kuil Dagao, Nian pun menghampiri. Aku lihat raut wajahnya muram durja seperti langit yang berkabut.
Aku sentuh keningnya, sembari berkata, "Neng, kaya orang putus cinta saja, mukanya lesu?"
"Melebihi putus cinta! Tau?"Sahutnya ketus.
"Yum, aku pingin cerita, kamu mau kan dengerin?"
Serius amat! Cerita apa sih? Sahutku.
Nian menghela napas panjang, sepertinya ada rahasia beban berat yang disembunyikan selama ini, tapi karena merasa  tidak sanggup dia mencari teman yang bisa diajak untuk bercerita dan menjaga privasinya.
Kali ini aku turut hanyut, dibuat berderai air mata, ternyata dibalik wajahnya yang periang dan terlihat kuat, menyimpan masalah yang sangat menyakitkan, mungkin andai peristiwa itu menimpa aku , belum tentu aku sanggup menerima kenyataan.Sungguh aku salut kepadanya.
Dia menjadi tulang punggung untuk ke dua anaknya, juga untuk ibu dan adiknya.Bahkan dengan keadaan anak keduanya yang berkebutuhan kusus, dia harus berjuang, dia sanggup melakukan apa saja asal kehidupan anak-anaknya tercukupi. Sejak suaminya menalak semua biaya kehidupan dia harus tanggung sendiri.
Tuhan maha baik, katanya. Rezeki selalu mengalir usaha jajanan yang dia miliki mulai menghasilkan, sayang harus gulung tikar karena tempat usahanya kebakaran. berawal dari situ kehancuran membuatnya terpuruk.
Terpaksa dia meninggalkan kedua anaknya, untuk merantau ke negeri Formosa (Taiwan) melalui salah satu PT penyalur tenaga kerja di Malang. Dengan bermodal nekat, dan sabar. Lagi-lagi katanya Tuhan Maha baik, dan baik. Tidak berapa lama dia mendapat majikan dan diterbangkan ke negeri tujuan. Belum berhenti di situ rupanya penderitaan itu masih menjadi batu sandungan, dia harus membayar hutang suaminya, rumah yang ditempati sebagai jaminan,tak ada pilihan lain, jika tak dibayar ibu dan adik, serta anak-anaknya harus keluar dari rumah itu. Padahal dia baru bekerja 5 bulan masih harus dipotong gaji, bahkan untuk menebus jaminan surat yang digadai membutuhkan 40 juta. Tuhan selalu menjadi juru selamat, baginya, walau sering pula memberi ujian, setiap kesulitan yang dihadapi. Kebaikan majikan yang welas asih mendengar cerita Nian, membuat iba, dan hutangnya dibantu melunasi dengan cara potong gaji.