Mohon tunggu...
Nadya Chaerani
Nadya Chaerani Mohon Tunggu... Mahasiswa - S-1 Teknik Biomedis

Senang menggali ilmu mengenai alam, kesenian, dan lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Konflik di Palestina: Belum Tahu atau Tidak Ingin Tahu?

7 Juni 2024   22:46 Diperbarui: 14 Juni 2024   01:08 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah pertempuran berakhir dengan gencatan senjata pada tahun berikutnya, Israel menguasai sebagian besar wilayah tersebut. Yordania mengambil alih Tepi Barat, dan Mesir menguasai Gaza. Yerusalem terbagi antara Israel di bagian barat dan Yordania di bagian timur. Karena tidak ada perjanjian damai yang dibuat, ketegangan dan pertempuran terus terjadi selama beberapa dekade berikutnya.

Konflik di Jalur Gaza

Gaza adalah wilayah kecil yang terletak antara Israel dan Laut Mediterania, berbatasan dengan Mesir di selatan. Jalur Gaza sering dijuluki sebagai 'penjara terbuka terbesar di dunia'. Pada tahun 1967, Israel mengambil alih Gaza dan mempertahankannya hingga 2005. Selama masa itu, Israel mendirikan permukiman Yahudi di wilayah tersebut. Meski Israel menarik pasukan dan warganya pada tahun 2005, mereka tetap mengontrol wilayah udara, perbatasan, dan garis pantai Gaza. PBB masih menganggap Gaza sebagai wilayah yang diduduki oleh Israel.

Pada bulan Juni 2007, Israel memberlakukan blokade darat, udara, dan laut di Gaza, dengan alasan Hamas terlibat dalam kegiatan terorisme. Pada tahun-tahun selanjutnya, Israel melakukan empat serangan militer besar di Gaza di antaranya pada 2008, 2012, 2014, dan 2021. Ribuan warga Palestina tewas, termasuk banyak anak-anak, rumah, sekolah, dan bangunan lainnya hancur.

Oleh karena itu, pembangunan kembali hampir tidak mungkin karena blokade menghalangi masuknya bahan konstruksi seperti baja dan semen ke Gaza. 

Situasi Terkini Konflik

Selama periode serangan tersebut, Israel sengaja menghalangi akses bantuan kemanusiaan, menyebabkan 2,3 juta warga Palestina di Gaza mengalami penderitaan, kelaparan, dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Serangan dan pengeboman tanpa henti terhadap warga sipil Palestina tidak bisa ditoleransi atau dianggap sebagai konsekuensi biasa dari perang. Serangan mematikan ini telah mencapai tingkat yang sangat parah. Serangan Israel ke Gaza masih berlanjut, dan jumlah korban tewas terus bertambah, kini melebihi 36 ribu jiwa.

Dilansir dari Al-Jazeera, dalam beberapa hari terakhir, militer Israel juga telah memperluas serangannya di Gaza, dengan target terbarunya adalah Rafah, Palestina bagian selatan. Rafah, yang berbatasan langsung dengan Mesir, adalah jalur masuk bantuan kemanusiaan internasional untuk warga Gaza. 

Diperkirakan sekitar 80 ribu warga Palestina yang berusaha meninggalkan Rafah untuk mencari suaka. Namun, dengan serangan militer Israel yang meningkat di wilayah tersebut, para pencari suaka kesulitan menyeberangi perbatasan. Otoritas Israel telah meminta warga Palestina untuk mengevakuasi diri dari Rafah karena serangan darat yang sedang berlangsung.

Dilansir dari Al-Jazeera, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun, juga menyatakan bahwa warganya saat ini diungsikan ke Rafah. "Bagian utara Gaza telah hancur total, sehingga semua warga terpaksa pindah ke bagian selatan yang dikenal sebagai Rafah," ujar Zuhair dalam konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta, pada Jumat (10/5/2024).

“Ini Bukan Lagi Perang, Melainkan Genosida”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun