"Kami ikhlas melepasmu. Pergilah dengan tenang," ucapku.
Engkau mengikuti Asma Allah yang kami ucapkan.
"Minum," terpatah kau ucapkan.
Setelah itu, dengan mengucap kalimah syahadat. Engkau pergi selamanya.
Walau di mulut aku berkata," Aku ikhlas melepasmu sayang. Namun, di hatiku berkata lain. Aku tak sanggup kehilanganmu kekasihku."
Dua puluh lima tahun mahligai rumah tangga kita jalani bersama. Onak duri, tikungan terjal, maupun beribu masalah, dapat kita atasi. Dengan kasih sayang, kepercayaan, saling menjaga, dan iman di hati tentu saja. Cinta kita semakin kuat.
Sekuat apapun cinta kita. Jika sang pemilik cinta, akan memisahkan. Kita tak sanggup menolak. Begitu banyak sahabat, saudara yang mengantar kepergianmu.
"Abang orang baik. Sangat baik," terdengar cerita mereka tentang keseharianmu.
Kamis malam jumat pukul 23.45 engkau pergi selama-lamanya.
"Pergilah bang. Tunggu aku dan buah cinta kita di Jannah-Nya.
"Aku bahagia, telah menjadi pendampingmu. Kenangan cinta kita kan abadi di hatiku. Kan ku rawat buah cinta kita hingga sukses."