"Adin mau rendang? Tanyanya kembali kepada anaknya. Usia Adin genap lima tahun. Adin mengangguk penuh semangat, karena yakin ayahnya pasti akan membawa sejumlah uang untuk mereka hari ini. Adin anak tertua dari Junai.
"Umak! Apakah masih ada sedikit beras, yang dapat diolah menjadi bubur?" tanyanya kepada istrinya.
 "Ada ayah!" jawab Minah istrinya.
 "Masaklah!" perintah Junai kepada istrinya.
"Kalian makan bubur dulu ya?" pujuk Junai kepada anak-anaknya.
"Ayah akan pergi sebentar, nanti ayah akan bawa daging yang banyak untuk kalian" lanjutnya menghibur anak-anaknya.
Waktu menunjukkan pukul 13.00, artinya jika dilakukan pemotongan hewan qurban setelah Salat Jumat. Saat ini mungkin waktu yang tepat untuk Junai pergi ke panitia qurban, mana tahu ia akan diberi jatah sekantung kecil daging. Ia pun mengajak seorang teman, yang biasa mengantarnya untuk segera berangkat.
Didatanginya satu persatu masjid atau surau. Semoga mereka meringankan hati untuk membagi kepada seorang tuna netra seperti Junai.
 "Pak! Adakah jatah daging qurban untuk saya?" Pintanya pada seorang panitia.
 "Oh ada! tunggu sebentar akan kami persiapkan," kata orang yang ditanya Junai. Begitulah seterusnya dari satu masjid ke masjid yang lain. Junai mendatangi masjid dan surau yang pada saat itu melakukan pemotongan hewan qurban.
Dari beberapa tempat ibadah yang ia datangi, dapatlah sepuluh kantung daging. Lima kantung daging ia tawarkan kepada tetangganya dengan harga murah. Uangnya akan ia belikan beras serta bumbu untuk membuat rendang.