Ketika dia selesai berbicara, terjadi keheningan. Keheningan yang bisa menghancurkan jiwa mana pun, yang sepertinya bertahan selamanya. Tapi kemudian, Abril tersenyum. Itu bukanlah senyuman yang mengejek atau tidak nyaman, tapi senyuman yang tulus dan lembut.
-- Kamu tidak memerlukan mesin untuk memberitahu semua itu, Evan -- jawabnya sambil mengambil langkah ke arahnya. Yang Anda butuhkan hanyalah menjadi diri Anda sendiri.
Saat itu, Evan memahami bahwa cinta tidak dapat diprogram atau digantikan oleh teknologi. Gestur, sekecil apa pun, akan selalu lebih penting daripada algoritma apa pun. Masa depan mungkin penuh dengan kemajuan luar biasa, namun hati manusia akan tetap sama, selalu mencari hubungan yang tulus.
Menurut Anda, apakah di masa depan teknologi akan mampu mereplikasi emosi kita yang terdalam?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H