Perkataan wanita tua itu bagaikan seember air dingin yang menimpa Pool. Dia merasa jantungnya akan berhenti berdetak kapan saja.
"Apa yang kamu katakan?" dia berbisik, meskipun di dalam hatinya dia sudah mulai menyusun teka-teki itu.
"Apa yang kamu dengar, Nak. Dia telah mencari apa yang belum bisa kamu berikan padanya pada wanita lain."
Pool lumpuh. Berita itu seperti guntur yang bergemuruh di kepalanya, tetapi sesuatu di dalam dirinya sudah mengetahuinya. Dia telah memperhatikan semakin lamanya ketidakhadiran, alasan-alasan kosong, dan kekosongan di tempat tidur yang tidak dapat diisi oleh belaian apa pun.
"Apa yang aku lakukan?" dia bertanya, hampir tidak bisa menahan air matanya.
Wanita tua itu bangkit perlahan, mendekatinya dan meraih tangannya dengan kekuatan yang mengejutkan.
"Kamu punya dua jalan, Pool. Entah Anda tenggelam dalam kebencian, atau Anda mengambil apa yang selalu Anda inginkan. Tapi hati-hati ya, harganya bisa mahal.
Dan tanpa berkata apa-apa lagi, wanita tua itu meninggalkan rumah, meninggalkannya dengan beban keputusan yang tampaknya mustahil untuk diambil.
Pada hari-hari berikutnya, Pool terpecah antara rasa sakit dan kemarahan. Ansel datang terlambat, selalu dengan alasan yang sama yaitu bekerja, tetapi sekarang Pool tahu yang sebenarnya. Dia menghadapinya suatu malam, dan meskipun dia mencoba menyangkalnya, dia akhirnya mengaku. Dia bersama wanita lain, seorang wanita muda dari Easly  yang ditemui selama perjalanannya. Dia merasa "hidup" lagi, katanya padanya, sesuatu yang tidak dia rasakan selama bertahun-tahun.
Dunia Pool hancur berantakan. Tapi bukannya tenggelam, sesuatu dalam dirinya berubah. Dia ingat kata-kata wanita tua itu dan memutuskan bahwa dia tidak akan membiarkan Ansel dan pengkhianatannya mendefinisikan dirinya. Meski kesakitan, dia memutuskan untuk mengambil kendali atas hidupnya.
Minggu-minggu berlalu, dan selama itu, Pool fokus pada penyembuhan hatinya. Dia memutuskan untuk tidak terjebak dalam kebencian. Dia mencari bantuan, mulai berbicara dengan orang-orang yang pernah mengalami hal yang sama, dan menyadari bahwa keinginannya untuk menjadi seorang ibu tidak bergantung pada Ansel atau orang lain.