Mohon tunggu...
Nadya Putri
Nadya Putri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nadz si random people yang selalu ingin belajar hal baru dan memperbaiki diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Skenario Cinta

1 Oktober 2024   04:40 Diperbarui: 1 Oktober 2024   05:04 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Skenario Cinta, sumber: https://www.calculemus.net)

---Apakah kamu punya waktu sebentar? ---dia bertanya terus terang.

Izel, terkejut, melihat sekeliling seolah menunggu jawaban orang lain.

"Ya, tentu saja," katanya, berusaha terdengar tenang, meski perutnya terasa berdebar-debar.

Mereka berjalan bersama melalui jalanan yang sepi, membicarakan segala hal dan tidak membicarakan apa pun pada saat yang bersamaan. Namanya Raymundo, tapi semua orang mengenalnya sebagai Ray, dan dia bermain piano di bar itu untuk bertahan hidup, meskipun impian sebenarnya adalah bermain jazz di klub-klub terbesar di kota. Izel memberitahunya tentang audisinya yang gagal, tentang bagaimana dia bermimpi tampil di panggung besar, tetapi pekerjaannya sebagai pelayan menghalangi dia dan keinginan itu.

Tak lama kemudian, jalan-jalan sepulang kerja menjadi kebiasaan, dan keduanya mulai membayangkan masa depan cerah bersama. Mereka saling mendukung, berbagi kemenangan dan kegagalan, melamun tentang ketenaran yang suatu hari nanti akan datang.

Tapi takdir, seperti biasa, punya caranya sendiri dalam melakukan sesuatu. Suatu sore, Izel menerima telepon yang mengubah hidupnya. Dia telah mendapatkan peran dalam drama penting. Dia bukan pemimpin, tapi ini adalah peluang besarnya. Dia begitu gembira sehingga dia tidak bisa menahan diri. Dia berlari untuk memberitahu Ray, tapi kegembiraannya bertabrakan dengan berita yang tidak terduga: Ray dipanggil untuk bermain di klub jazz terkenal, beberapa kota jauhnya.

Kebahagiaan yang menyelimuti mereka tiba-tiba diwarnai ketidakpastian. Impian mereka, yang begitu besar dan cemerlang, seolah ingin mengasingkan mereka.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa," kata Izel pada suatu malam, saat mereka berjalan di sepanjang tepi sungai. Lampu-lampu kota terpantul di air, tapi pikirannya melayang jauh.

"Kau harus mengambil risiko itu," jawab Ray, meski ada sesuatu yang menyedihkan di matanya. Itu yang selalu Anda inginkan.

-Dan kamu? Apa yang akan terjadi pada kita? ---dia bertanya, suaranya bergetar.

Keheningan menyelimuti mereka sejenak, hanya disela oleh suara lembut air yang menghantam bebatuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun