Mohon tunggu...
Nadya Yasmine Khaerunnisa
Nadya Yasmine Khaerunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Seorang mahasiswa yang senang mengeksplorasi. Tertarik terhadap berbagai isu dan ingin menyumbangkan sudut pandang nya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Negara Agraris Harus Siap Hadapi Krisis

9 Juli 2024   22:22 Diperbarui: 10 Juli 2024   07:10 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia masih kalah oleh Singapura dalam hal ketahanan pangan. Dilansir dari website Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Singapura menempati urutan teratas dalam hal ketahanan pangan di kawasan Asia Tenggara, berdasarkan indeks GFSI 2022. Sedangkan, Indonesia menempati urutan keempat. Hal ini diperparah apabila dilihat secara global. 

Ketahanan pangan indonesia berada pada peringkat 69 dari 113 negara. Sedangkan, Singapura berada pada peringkat 2. Ini artinya Singapura sudah meminimalisir angka impor pangan, berbeda dengan Indonesia masih ketinggalan. Seharusnya, dengan lahan pertanian yang cukup luas atau bahkan lebih luas dari Singapura, Indonesia bisa naik peringkat.

Sebenarnya alasan utama mengapa Indonesia selalu impor pangan adalah produksinya yang tidak dapat memenuhi kebutuhan rakyat. Hal ini dikarenakan, petani juga sering dihadapkan dengan kondisi-kondisi alam yang tidak dapat diprediksi. Contohnya adalah fenomena el-nino yang terjadi baru-baru ini. 

Selain itu, berkurangnya lahan pertanian juga menjadi masalah. Saat ini, banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan menjadi bangunan perkantoran atau hunian. 

Teknologi Bisa Jadi Solusi

Dilansir dari website DPR RI, Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan Rachmat Gobel pada tahun 2021 pernah mengatakan bahwa pertanian merupakan fondasi ekonomi nasional dan harus dijaga. Gobel juga menambahkan bahwa solusi pertanian harus terintegrasi mulai dari soal modal, teknologi, hingga soal diversifikasi produk hilir pertanian.

Menyangkut soal teknologi, rasanya menjadi ironi. Pertanian sebagai salah satu pondasi utama dalam pertahanan pangan di Indonesia pada faktanya masih menggunakan alat produksi pertanian yang tertinggal. Hal ini terjadi terutama pada daerah pedesaan. Padahal, daerah pedesaan merupakan daerah yang memiliki potensi besar untuk pengembangan sektor pangan. 

Sebenarnya, Indonesia dapat mengambil contoh dari negara-negara lain yang telah menerapkan industri pertanian modern dengan baik. Misalnya, Indonesia dapat mencontoh Singapura dalam pengelolaan pangan. Dalam usaha peningkatan ketahanan pangan, Singapura melakukan tiga hal, pertanian perkotaan, teknologi pengolahan, dan sumber pangan alternatif. 

Pertanian perkotaan ini mencakup pertanian vertikal, akuaponik dan pemanfaatan IoT dalam industri pertanian. Teknologi pengolahan berfokus pada pengawet alami, pengemasan kreatif, hingga pengelolaan limbah makanan. Terakhir, sumber pangan alternatif termasuk di dalamnya mempertimbangkan peternakan serangga, mikroalga, dan daging olahan. 

Di Indonesia, hal ini belum banyak dilakukan. Teknologi juga dapat digunakan sebagai alat pemasaran hasil pertanian. Misalnya dengan menggunakan media sosial, para petani dapat memasarkan hasil olahan pangan maupun hasil mentah secara lebih luas. Penggunaan teknologi juga dapat diimplementasikan pada pembuatan packaging yang lebih menarik dan ramah lingkungan. Tentunya dengan melakukan hal ini, calon konsumen dapat lebih tertarik untuk membeli hasil pangan. 

Petani Perlu Berkreasi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun