Mohon tunggu...
Nadya herlinasetya
Nadya herlinasetya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu budaya

Seorang mahasiswa budaya yang ingin tau lebih tentang budaya

Selanjutnya

Tutup

Book

Menjaga Ingatan Kecil tentang Cinta

22 September 2023   23:04 Diperbarui: 22 September 2023   23:12 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Menjaga Ingatan Kecil Tentang Cinta

Identitas Buku

Judul                  : Kota Yang Berumur Panjang

Pengarang       : Tjak S.Parlan

Penerbit           : Basabasi 2017

Isbn                    : 6026651616, 9786026651617

Tebal                  : 200 Halaman

Harga Buku     : 41.250,00

Cerpen-cerpen dalam buku ini berangkat dari tema yang nyaris serupa. saya menyebutnya sebagai upaya keras untuk menjaga ingatan-ingatan kecil tentang cinta: kepedihan, kehilangan, pilihan untuk menepi, keteguhan, juga satu-dua kegembiraan yang sederhana. Semua anasir yang menyusun ingatan-ingatan kecil (cinta) itu bisa berasal dari apa saja.

Beberapa judul cerpen yang saya ringkas ceritanya

  • BAB 1 ( Kota Yang Berumur Panjang )

Novel yang di tulis oleh Tjak S.Parlan ini memilki alur cerita yang mundur karena Dalam cerita tersebut menggabarkan sebuah kisah dimasa lalu petrtemuan seorang Pelancong, yang tertinggal kereta  yang akan menuju Kota yang di juluki “ Kota Yang Berumur Panjang “ dalam cerita tersebut di gambarakan dengan tokoh yang bernama Dali seorang laki laki yang bertemu seorang wanita, yang anggun dan cantiK disebuah taman.

Mengulas novel ini , menceritakan sebuah pertemuan seorang laki laki dan seorang gadis. Aku menjabat tangannya pada bulan kedelapan, ketika sebuah perayaan digelar di kota itu. Di sepanjak ruas jalan yang dilindungi oleh bayangan ,berbukitan dan lainnya yang rindang dan ada disana.

  • BAB 2 ( Mencintai Dengan Tangan )

Sebuah cerita yang mengambarkan seorang laki laki dan perempuan yang lama tak bertemu. Seorang penjahit baju dan pria itu.laki-Laki Berwarna Cokelat Matanya bergairah menatap sebentuk tubuh yang begitu tipis di depannya, pasrah di atas sebuah meja kecil yang mulai aus digerus kebiasaan. Lalu tangannya mulai bereaksi. Jemari kurus itu membuat gerakan searah mengikuti sketsa garis-garis berwarna putih.

  • BAB 3 ( Drama Chocolate Parfait )  

Menurut cerita yang kudengar, restoran ini pernah menjadi tempat favorit

para meneer dan mevrouw. Mereka membuat janji, mengobrol, atau berdiskusi sambal makan es krim," jelasnya kepadaku. Aku perhatikan seluruh ruangan bernuansa retro itu.

"Sejak aku kembali ke kota ini," jawabnya seraya menjilat lelehan es krim yang tertinggal di sudut bibirnya

Dulu dia kuliah di kotaku, dan kami satu kampus. Aku mengenalnya pada tahun- tahun terakhir masa kuliah. Dia anak teknik, aku anak ekonomi.

"Untuk apa?"

  • BAB 4 ( lumba-lumba di kepala saya )

Kepalanya ditumbuhi samun liar yang mengganggu pandangan

mataSetiap kali jemari kurusnya yang lebih kuning dibanding bagian tubuh lainnya itu menggapai kepalanya, remah-remah salju luruh. Saya tahu, ia bukan sekadar menggapai, melainkan menggaruk. Saya juga tahu, jauh di ruang sana, di balik kepalanya yang teguh ditumbuhi samun liar itu, ada ribuan ngengat, ulat bulu, bahkan ular kobra yang terus mengganggu dan ia ingin membantainya dengan cara yang kejam lebih dari menggaruk.

  • BAB 5 ( Ingatan Tentang Sarang Burung )

Aku ingin membuat sarang. Senyumnya mengembang setiap kali kalimat

itu ter- ngiang di telinganya. Suara itu jauh, mirip bisikan hampir tak terdengar di malam larut, saat hujan sedang turun semau-maunya di luar. Bunyinya jelas, sejelas apa yang tidak diinginkan oleh hatinya. Ia jelas-jelas menginginkan suara ituBukan deras hujan. Ah, celoteh belaka. Sekarang batinnya menuding. Suara yang berusia puluhan tahun itu mungkin sudah merasuk ke mana-mana.

Hijau gelap kebun kopi

  • BAB 6 ( Bunga-Bunga Petunia Belanda )

Selepas dari dapur, Latifa duduk di beranda. Ia bersedekap dalam balutan

longdress oranye dan sweter rajut bermotif bunga-bunga.

“Kita akan mengambil satu dari bunga-bunga itu” kata Efendi suatu hari. “Pilihlah warna yang

paling kamu sukai.”

“agaimana dengan warna ungu? Ungu kemerahan, mungkin cocok untuk menemani minum teh di beranda sambil menunggu sebuah kelahiran,” jawab LatifaLatifa memilih jenis bunga yang bernuansa unguEfendi menyetujuinya.

  • BAB 7 ( Gadis Kecil Dari Loji Dan Seorang Pemburu)

Ketika sampai di sebelah timur gubuk, matahari baru terbit satu hasta. Dia mendorong bagian depan topi pandanya ke belakang dan sinar matahari menyinari wajah dewasanya dengan bebas. Andai saja dia berdiri di tingkat yang lebih tinggi, hatinya bisa memuji hamparan putih tak terputus hingga ke daratan terjauh. Dia tahu bahwa waktu berbunga telah tiba. Datangnya pembungaan seringkali ditandai dengan angin kering yang dingin, kabut tipis yang bergerak di sepanjang jalan setapak, dan hamparan bunga kopi berwarna putih yang mengeluarkan aroma harum perpaduan melati, lavender atau kaca lembaran. jangan menjelaskannya sendiri. 

Seperti biasa, selalu ada kenangan lain yang lupa dibicarakan oleh penulis roman. Saya ingin berbagi beberapa kenangan ini dengan Anda kali ini. Pagi itu dia menemukan papan tanda yang dia pasang sehari sebelumnya di rerumputan hijau yang hampir basah kuyup. Ranting yang kering, dengan irisan kecil pepaya di semua dahannya, tidak lagi lurus seperti dulu.

  • BAB 8 ( Anggrek Dirumah Nenek )

Ingatan saya tentang anggrek dimulai pada usia enam tahun, ketika ibu saya sering membawa saya ke rumah kakek saya. Kakek tinggal sendirian setelah neneknya meninggal sebelum saya berumur tujuh bulan. Saya bermain dengan kakek di teras rumahnya, tapi satu hal yang dilarang adalah memetik bunga anggrek merah keunguan yang tumbuh di sana. Kakek selalu menjelaskan bahwa jika memetiknya, bunga itu akan mati. Ketika saya beranjak dewasa, ibu saya sering duduk di teras rumah seperti kakek dulu, memandangi anggrek, dan menceritakan kisah nenek dan kakek. 

Kakek pernah jatuh cinta pada putri seorang penghuni liar, yang dia sebut sebagai "penyerbu hutan." Kakeknya pergi mencari bunga dari tempat-tempat yang sulit dijangkau di hutan, dan dalam suatu insiden, dia berguling dari tempat tinggi. Itu adalah kenangan indah tentang anggrek, hubungan keluarga, dan cerita nenek dan kakek saya.

  • BAB 9 ( Daun Daun Kenari Menggigil)

Dalam suasana yang seperti masa lalu, dia berjalan di bawah pohon kenari, singgasananya yang biasanya ada di bangku. Dia merasa terhubung dengan burung pipit yang masih menggoda seperti dulu. Merasa bebas, dia merindukan menjadi seekor burung yang bisa memilih namanya sendiri. Namun, dia sadar bahwa dia tidak bisa jauh dari tempat ini, menara yang selalu rindu peluit dan kepakan sayap burung itu. Burung itu pergi, meninggalkannya di tengah dedaunan kenari yang ingin merdeka dari

genggaman pohon. Hujan mulai turun, dan dia tahu ini akan memakan waktu lama, memandangi langit yang penuh dengan jarum perak yang terbentang dari celah- celah mega.

  • BAB 10 ( Rumah Violetta)

Ketika mendengar suara biola, saya sering membayangkan Violetta memainkan "Twinkle, Twinkle, Little Star" di teras rumahnya pada hari Minggu sore yang sejuk. Saya baru berusia tujuh tahun dan hanya memiliki akses terbatas ke pelajaran biola dasar yang tersedia secara gratis di Taman Budaya. Suatu hari, saat bermain dengan teman-teman, saya melihat seorang gadis kecil yang tenang dan percaya diri memainkan biolanya. Kami berbicara, dan Violetta bahkan memberikan saya pelajaran biola singkat. Meskipun berjanji untuk bermain lagi, pertemuan pertama dan terakhir kami terjadi karena saya harus pulang saat ayah saya menjemput saya. Pertemuan itu meninggalkan kesan mendalam pada saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun