TUGAS HGTC
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
NADIRA PUTRI KOWARA
170310200034
Fatmawati adalah suatu daerah yang terletak di Kota Jakarta lebih tepatnya di wilayah Jakarta Selatan. Nama jalan ini terinspirasi atau di ambil dari nama istri presiden pertama Indonesia yang ke -- 3. Fatmawati merupakan salah satu ruas jalan raya utama di Jakarta Selatan, di Jalan Fatmawati terdapat beberapa rumah sakit besar yang amat terkenal yaitu Rumah Sakit Fatmawati.Â
Nama Fatmawati muncul ketika Fatmawati Soekarno yang saat itu sebagai Ibu Negara Republik Indonesia membuka sebuah rumah sakit khusus tuberculosis bagi anak -- anak. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, 12 April 1961 fungsi rumah sakit berubah menjadi rumah sakit umum.Â
Pada tanggal 23 Mei 1967 Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pada waktu itu, meresmikan perubahan nama RSU Ibu Soekarno  menjadi RS Fatmawati sekaligus pemberian nama Jalan RS Fatmawati.
Sejak dahulu daerah fatmawati ini sudah terkenal dengan banyaknya rentetan pertokoan dan kulinernya yang beragam juga legendaris. Menjadikan Fatmawati sebagai salah satu pusat niaga sibuk di Jakart Selatan.
Suasana pembangunan dari atas proyek sarana transpotasi massal MRT (Mass Rapid Transit) di Jalan Fatmawati tahap I dari Lebak Bulus hingga Bundaran HI yang memiliki panjang total sekitar 15,7 km yang menghabiskan dana sebesar Rp.15 Triliun selesai dibangun pada tahun 2018.
Pada saat pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) sempat membuat perekonomian kawasan Fatmawati lumpuh, diakibatkan langit Fatmawati yang keruh, bahkan bagi siapapun yang melewati kawasan Fatmawati baik pengguna kendaraan bermotor roda dua ataupun pejalan kaki merasakan mata yang buram akibat hembusan tanah dan pasir yang terus mengepul dari proyek pembangunan bercampur asap knalpot kendaraan yang lalu lalang, membuat banyak pengguna jalan yang lebih memilih menghindari kawasan Fatmawati ini.
Sinar matahari sangat terasa seperti di atas kepala akibat gersangnya kawasan Fatmawati pada saat itu, aspal jalanan pun bergelombang akibat dilewati oleh kendaraan proyek, ditambah lagi dengan penyempitan jalan karena di pagari pembatas proyek.Â
Adanya pekerjaan proyek MRT (Mass Rapid Transit) ini membuat kawasan ini selalu macet tak terkendali walaupun skala pengguna jalan berukrang akibat jalan yang tidak nyaman tersebut.Â
Hal ini berimbas kepada para pedangang atau pengusaha sepanjang jalan Fatmawati yang pada akhirnya tidak sedikit dari mereka memilih untuk menutup usaha mereka atau biasa disebut gulung tikar.
Pemerintah juga sempat melakukan pembongkaran toko -- toko tersebut pada sekitar tahun 2015, hal ini untuk membangun tiang -- tiang besar setinggi kisaran 23 meter. Tiang jalur MRT (Mass Rapid Transit) yang saat ini membentang sepanjang wilayah Lebak Bulus hingga kawasan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan.
Proyek MRT (Mass Rapid Transit) Suasana kawasan Fatmawati, sekitar stasiun MRT Cipete Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, pada tanggal 4 Juli 2019. Aspal jalan terlihat sudah rapih dan nyaman, para pejalan kaki yang turun dari stasiun MRT (Mass Rapid Transit) dapat langsung mampir ke toko maupun kedai -- kedai makanan sekitar. Kurang lebih 5 tahun berlalu, proyek transportasi kebanggaan Jakarta saat ini sudah dapat di nikmati oleh warga Jakarta.
Setelah selesainya pembangunan transportasi ini, asset property disekitar daerah Jalan Thamrin, Sudirman, Blok M, Fatmawati, dan T.B Simatupang yang dilalui jalur MRT ini akang terdongkrak naik, sempat ada yang mengungkapkan bahwa dari sepanjang Jalan Lebak Bulus dan T.B Simatupang bisa saja kedepannya akan menjadi pusat niaga baru di Jakarta Selatan.Â
Hal ini terbukti setelah pembangunan MRT selesai dan transportasi ini mulai beroperasi perekonomian daerah di sekitar MRT mulai naik dari biasanya, seperti salah satunya dirasakan oleh pedagang penjual Nasi Padang di dekat rumah saya di daerah Fatmawati Jakarta Selatan.
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai potensi serta masalah yang ada di lingkungan ini, saya memutuskan untuk mewawancarai salah satu pedangang Nasi Padang.Â
Penjual Nasi Padang ini menyewa kios di depan Rumah saya, Penjual ini biasa kami panggil Uda, setiap hari nya ia menyiapkan bisa lebih dari serratus piring dengan berbagai macam lauk yang tersedia di rumah makan padang pada umumnya.
Rumah makan padang ini sudah berdiri sejak tahun 2000, yang dapat kita simpulkan sudah hampir 20 tahun rumah makan ini ada, rumah makan ini di kelola langsung oleh keluarga, bahkan istri dan anak sang Uda juga ikut membantu mempersiapkan segala hal untuk berjualan, baik mencuci atau membantu membuat makanan.Â
Semenjak adanya MRT, uda merasa perekonomian menjadi lebih maju, bahkan kadang sebelum hari menjelang malam, makanan sudah habis terjual.
Namun, seperti yang kita ketahui saat ini seluruh dunia menalami krisis ekonomi yang di sebabkan adanya pandemic Covis -- 19. Tentu saja hal ini juga berdampak pada aspek kuliner, seperti yang dialami oleh Uda.Â
Pada saat pandemic seperti ini, membuat omset turun drastic dibandingkan saat sebelum adanya pandemic, dikarenakan adanya PSBB dan Lockdown sebagai tindakan yang diambil pemerintah untuk menurunkan angka pasien Covis -- 19 sehingga makanan hanya dapat dibawa pulang dan tidak dapat makan di tempat.Â
Mereka merasa lega, walaupun pada saat pandemic ini, namun tetap saja ada yang membeli makanan mereka. Menurut mereka, tidak ada kendala serius selama pandemic ini berlangsung, walaupun penurunan omset tetap ada.
Pada saat pandemic seperti ini, tidak hanya berpengaruh kepada satu bidang ekonomi saja, namun semua aspek kehidupan terkena imbasnya. Oleh karena itu, para pedagang harus pintar memutar otak dan strategi agar usaha mereka tidak kandas atau gulung tikar selama pandemic ini berlangsung.Â
Sang penjual nasi padang yakin bahwa penjualan makanan tidak aka nada habisnya, baik saat pandemic seperti ini, hal ini disebabkan oleh setiap manusia yang pasti membuthkan makanan.Â
Bahkan harusnya juga diberikan inovasi, seperti menjual masker, atau menjual handsanitizer sebagai cara agar tetap memathui protocol kesehatan yang telah di tetapkan oleh pemerintah.
Selain itu, harusnya Uda juga menjual versi frozenfood dari masakannya, agar dapat di awetkan dan sebagai inovasi agar suatu usaha tetap berjalan walaupun dimasa pandemic ini, karena banyak orang yang masih takut untuk keluar rumah pada saat pandemic sehingga memungkinkan orang akan lebih memilih untuk menyimpan makanan yang dapat dismipan jangka panjang.
Kesimpulan yang saya dapatkan dari wawancara ini adalah, pada saat adanya pembangunan MRT perekonomian di sepanjang jalan RS Fatmawati mengalami naik turun, namun terus mengalami kenaikan saat MRT sudah beroperasi dan berbanding terbalik dengan keadaan pandemic seperti saat ini.Â
Banyak sekali pengusaha yang mengalami penurunan omset sebhagi dampak yang di hasilkan oleh Covid -- 19. Hal ini harus di tanggapi dengan serius oleh para pengusaha, dan mereka juga wajib untuk memutar otak dan mencari inovasi baru agar usaha mereka tidak mengalami yang namanya gulung tikar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H