Mohon tunggu...
Nadira Putri Kowara
Nadira Putri Kowara Mohon Tunggu... Lainnya - dira

haii all

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengaruh Covid-19 bagi Para Pengusaha Makanan

8 Desember 2020   22:55 Diperbarui: 8 Desember 2020   23:09 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) sempat membuat perekonomian kawasan Fatmawati lumpuh, diakibatkan langit Fatmawati yang keruh, bahkan bagi siapapun yang melewati kawasan Fatmawati baik pengguna kendaraan bermotor roda dua ataupun pejalan kaki merasakan mata yang buram akibat hembusan tanah dan pasir yang terus mengepul dari proyek pembangunan bercampur asap knalpot kendaraan yang lalu lalang, membuat banyak pengguna jalan yang lebih memilih menghindari kawasan Fatmawati ini.

Sinar matahari sangat terasa seperti di atas kepala akibat gersangnya kawasan Fatmawati pada saat itu, aspal jalanan pun bergelombang akibat dilewati oleh kendaraan proyek, ditambah lagi dengan penyempitan jalan karena di pagari pembatas proyek. 

Adanya pekerjaan proyek MRT (Mass Rapid Transit) ini membuat kawasan ini selalu macet tak terkendali walaupun skala pengguna jalan berukrang akibat jalan yang tidak nyaman tersebut. 

Hal ini berimbas kepada para pedangang atau pengusaha sepanjang jalan Fatmawati yang pada akhirnya tidak sedikit dari mereka memilih untuk menutup usaha mereka atau biasa disebut gulung tikar.

Pemerintah juga sempat melakukan pembongkaran toko -- toko tersebut pada sekitar tahun 2015, hal ini untuk membangun tiang -- tiang besar setinggi kisaran 23 meter. Tiang jalur MRT (Mass Rapid Transit) yang saat ini membentang sepanjang wilayah Lebak Bulus hingga kawasan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan.

Proyek MRT (Mass Rapid Transit) Suasana kawasan Fatmawati, sekitar stasiun MRT Cipete Raya, Cilandak, Jakarta Selatan, pada tanggal 4 Juli 2019. Aspal jalan terlihat sudah rapih dan nyaman, para pejalan kaki yang turun dari stasiun MRT (Mass Rapid Transit) dapat langsung mampir ke toko maupun kedai -- kedai makanan sekitar. Kurang lebih 5 tahun berlalu, proyek transportasi kebanggaan Jakarta saat ini sudah dapat di nikmati oleh warga Jakarta.

Setelah selesainya pembangunan transportasi ini, asset property disekitar daerah Jalan Thamrin, Sudirman, Blok M, Fatmawati, dan T.B Simatupang yang dilalui jalur MRT ini akang terdongkrak naik, sempat ada yang mengungkapkan bahwa dari sepanjang Jalan Lebak Bulus dan T.B Simatupang bisa saja kedepannya akan menjadi pusat niaga baru di Jakarta Selatan. 

Hal ini terbukti setelah pembangunan MRT selesai dan transportasi ini mulai beroperasi perekonomian daerah di sekitar MRT mulai naik dari biasanya, seperti salah satunya dirasakan oleh pedagang penjual Nasi Padang di dekat rumah saya di daerah Fatmawati Jakarta Selatan.

Dokpri
Dokpri
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai potensi serta masalah yang ada di lingkungan ini, saya memutuskan untuk mewawancarai salah satu pedangang Nasi Padang. 

Penjual Nasi Padang ini menyewa kios di depan Rumah saya, Penjual ini biasa kami panggil Uda, setiap hari nya ia menyiapkan bisa lebih dari serratus piring dengan berbagai macam lauk yang tersedia di rumah makan padang pada umumnya.

Rumah makan padang ini sudah berdiri sejak tahun 2000, yang dapat kita simpulkan sudah hampir 20 tahun rumah makan ini ada, rumah makan ini di kelola langsung oleh keluarga, bahkan istri dan anak sang Uda juga ikut membantu mempersiapkan segala hal untuk berjualan, baik mencuci atau membantu membuat makanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun