Mohon tunggu...
Nadien Auliya Putri
Nadien Auliya Putri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswi

Hobi saya mendengar lagu, saya ambivert.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Recehan di Saku Celana

18 Maret 2024   11:01 Diperbarui: 18 Maret 2024   11:26 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eh? Makasih banyak ya Irzan, semoga nanti kita ketemu lagi supaya aku bisa bales kebaikan kamu. Nama aku Yuda, salam kenal juga."

"Nama aku Bima, salam kenal," "Kalo aku Rendi, salam kenal ya," Bima dan Rendi ikut berkenalan juga, dan dibalas dengan hangat oleh Yuda.

"Hati-hati ya, Yud. Semoga selamat sampe tujuan, aku doain yang baik-baik buat kamu! Semoga dapet nilai tertinggi ya, Aamiin.."

"Hahaha Aamiin. Sekali lagi aku ucapin terimakasih banyak ya Zan, kamu bener-bener orang yang baik dan berjasa banget, semoga hidupmu selalu dikelilingin hal baik, ya," Ucap Yuda dengan sumringah.

Setelah Yuda hilang dari pandangan kami, kami segera memutar balikkan badan, bergegas menuju tujuan awal kami yaitu rumah masing-masing.

"Bisa-bisanya ya lo, Jan. Padahal goceng lumayan banget buat beli gasing di Bang Riko," Celetuk Bima tiba-tiba.

"Bener banget. Lagian, emang lo percaya itu buat ujian Matematika? Dari tampilannya aja udah enggak meyakinkan. Emang lo merhatiin kertasnya tadi? Lagipula kalo emang ikut ujian, gue nggak yakin dia menang," Tambah Rendi.

Aku menghela nafas dengan tenang, "Santai aja bro, Bunda ngajarin gue untuk selalu bantu orang lain selagi kita punya. Nanti juga Ayah ngasih duit jajan lagi kok ke gue. Kalo emang tadi si Yuda boong, yaudah gapapa, gue ikhlas kok ngasihnya, semoga bermanfaat buat dia. Tapi entah kenapa, gue percaya dia ikut ujian Matematika dan kemungkinan besar bakalan lolos,"

"Hahahah emang susah deh ngomong sama anak baiknya Bundaa," Canda Bima dan Rendi sembari menertawakanku dan menepuk pundakku, sebelum akhirnya kami berpamitan untuk mengakhiri pertemuan disore itu, karena ternyata kami sudah berada didepan rumahku.

"Hei, Irzan, kamu masih inget aku, 'kan?" Tanya pria yang saat ini berdiri di samping ku dengan raut wajahnya yang tersenyum hangat, sukses membuat memori ku buyar.

"Yuda?" Aku bertanya agak kaget. Pakaian yang ia kenakan jauh lebih bagus dari sepuluh tahun yang lalu, mungkin sekarang sudah bermerek khas luar negeri. Aroma yang memancar dari tubuhnya terasa harum semerbak, seperti baru melangkah ke toko parfum di pusat perbelanjaan mewah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun