Dalam banyak budaya di Indonesia, pernikahan bukan hanya sekadar ikatan antara dua individu, tetapi juga melibatkan keluarga dan komunitas. Dengan menurunnya angka pernikahan, ada risiko bahwa nilai-nilai yang terkait dengan kebersamaan, solidaritas, dan dukungan komunitas akan mulai memudar. Ritual-ritual yang dulunya menjadi bagian penting dari kehidupan sosial, seperti pernikahan adat, mungkin akan semakin jarang dilakukan.
b. Perubahan Struktur Keluarga
Lebih jauh lagi, penurunan angka pernikahan dapat mempengaruhi struktur keluarga di Indonesia. Dengan semakin sedikitnya pasangan yang menikah, kita mungkin akan melihat peningkatan jumlah keluarga yang tidak terikat secara resmi, yang dapat berimplikasi pada stabilitas sosial dan ekonomi. Keluarga yang tidak terikat secara hukum sering kali menghadapi tantangan dalam hal hak dan perlindungan hukum, terutama dalam hal warisan dan tanggung jawab anak.
Anak-anak yang lahir dari hubungan yang tidak terikat secara resmi mungkin akan menghadapi stigma sosial dan kurangnya dukungan dari sistem hukum. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam pengasuhan dan pendidikan anak, serta meningkatkan risiko kemiskinan di kalangan keluarga-keluarga tersebut. Dalam jangka panjang, ini dapat berdampak pada perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.
c. Tantangan bagi Kebijakan Publik
Â
Penurunan angka pernikahan juga menimbulkan tantangan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan publik. Dengan semakin banyaknya individu yang memilih untuk tidak menikah, ada kebutuhan untuk menyesuaikan layanan sosial dan dukungan yang diberikan kepada keluarga. Pemerintah harus mempertimbangkan untuk menyediakan dukungan yang lebih besar bagi individu yang hidup dalam hubungan tidak resmi, termasuk dalam hal perlindungan hukum dan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.
Closing statement terahir dari saya, bahwa dalam konteks ini menurut saya sangat penting untuk menyeimbangkan antara menghormati tradisi dan menerima perubahan yang dibawa oleh era modern. Masyarakat perlu menciptakan ruang untuk dialog tentang pernikahan yang tidak hanya berfokus pada angka, tetapi juga pada kualitas hubungan antar individu. Dengan cara ini, kita dapat menemukan jalan tengah yang menghargai warisan budaya sambil tetap membuka diri terhadap ide-ide baru yang lebih sesuai dengan zaman kita.Secara keseluruhan, penurunan angka pernikahan di Indonesia mencerminkan perubahan yang kompleks dan multidemensional. Ini adalah panggilan untuk kita semua agar lebih peka terhadap dinamika sosial di sekitar kita dan berani untuk beradaptasi tanpa kehilangan jati diri budaya kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H