Mohon tunggu...
Nadia Sarasati Nailufar
Nadia Sarasati Nailufar Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Emak-emak Jaksel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketahanan Pangan di Mata Emak-Emak Jaksel

2 November 2024   15:59 Diperbarui: 2 November 2024   15:59 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah mencoba jasa penjemputan food waste yang nantinya ditukar kompos. Tapi menunggu penjemputan seminggu sekali ternyata berat bagi keluarga kami. Dapur jadi bau busuk. 

Solusi kedua yang saya coba adalah membuat lubang biopori. Lubangnya sudah ada di halaman belakang, tapi info tentang ‘resep’ kompos biopori ini minim. Saya tidak pernah menambah daun kering atau kardus yang dibutuhkan dalam proses composting. Alhasil, saya tidak pernah panen, justru mengundang tikus-tikus ke halaman belakang.  

KEHATI membuat program-program yang sangat menarik dan bermanfaat dalam rangka sosialisasi pangan lokal sebagai alternatif sumber karbohidrat. Mulai dari Yogyakarta (1999-2002): gerakan umbi-umbian, Kepulauan Sangihe (2016-2021): Program pengembangan sagu dan pangan lokal, sampai ke Raja Ampat, Papua (2019-2021): Pelestarian dan pemanfaatan sagu

Sayangnya saya sebagai emak-emak urban tidak masuk dalam program tersebut. 

Saya tentu peduli pada isu ketahanan pangan ini, karena masa depan anak-anak saya berhubungan erat dengan isu tersebut. Namun, seorang emak-emak biasa seperti saya tidak memiliki banyak pilihan kecuali pasrah pada pemerintah. 

Well, saya bisa mencoba saran Pak Sjamsul Hadi untuk “satu hari tanpa beras.” Saya juga bisa mencoba memberi masukkan ini ke sekolah anak-anak, karena saya ketua komite orang tua. 

Sisanya, biar para ahli di Kementrian dan Pemerintahan yang mikirin. Saya mau jemput anak-anak di sekolahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun