Mohon tunggu...
Nadia RestuAulia
Nadia RestuAulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Penurunan Fertilitas terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur Produksi di Kota Bandung

4 November 2024   00:00 Diperbarui: 4 November 2024   00:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

- Platform Digital : Membuat aplikasi atau platform online yang menyediakan informasi tentang layanan KB dan kesehatan reproduksi.

6. Monitoring dan Evaluasi Kebijakan

Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap kebijakan yang diterapkan untuk memastikan efektivitasnya dalam meningkatkan angka kelahiran:

- Data dan Penelitian : Mengumpulkan data terkini mengenai fertilitas dan melakukan penelitian untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan fertilitas di berbagai daerah.

Penurunan angka kelahiran di Bandung, gambaran kecil dari pergeseran demografi yang lebih luas di Indonesia, memiliki implikasi yang mendalam bagi lintasan ekonomi dan tatanan sosial kota tersebut. Meskipun tren tersebut dipengaruhi oleh pertemuan berbagai faktor, termasuk peningkatan pendidikan, perubahan norma sosial, dan ketidakpastian ekonomi, konsekuensinya sangat luas.

Penurunan populasi usia kerja kemungkinan akan membebani jaring pengaman sosial, mengubah pola konsumen, dan memerlukan penyesuaian di berbagai sektor, mulai dari pendidikan dan perawatan kesehatan hingga pasar tenaga kerja. Pergeseran dari pekerjaan formal ke informal, yang diperburuk oleh guncangan ekonomi seperti pandemi COVID-19, semakin memperumit lanskap ketenagakerjaan.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan multi-aspek. Para pembuat kebijakan harus memprioritaskan penguatan program keluarga berencana, mempromosikan kesetaraan gender, dan berinvestasi dalam pendidikan dan pengembangan keterampilan. Dengan mendorong lingkungan yang mendukung pemberdayaan perempuan dan partisipasi ekonomi, para pembuat kebijakan dapat mengurangi dampak negatif dari penurunan fertilitas. Selain itu, intervensi yang ditargetkan diperlukan untuk mengatasi kebutuhan khusus populasi yang menua, seperti layanan kesehatan yang terjangkau dan infrastruktur yang ramah bagi lansia.

Analisis komparatif Bandung dengan kota-kota lain di Indonesia menyoroti tantangan dan peluang unik yang dihadapi oleh setiap pusat kota. Namun, tren yang mendasari dan respons kebijakan sering kali serupa. Saat Bandung mengarungi perubahan demografi ini, kota ini harus menyeimbangkan kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi dengan keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan.

Sebagai kesimpulan, penurunan angka fertilitas di Bandung menggarisbawahi pentingnya perencanaan dan pembuatan kebijakan yang proaktif. Dengan memahami penyebab yang mendasarinya dan mengantisipasi potensi konsekuensinya, para pembuat kebijakan dapat membentuk masa depan kota yang lebih tangguh dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun