"Belikan apa kek... Untuk Mama... Aku sibuk nich... Ga bisa pergi sekarang..." Kilah Kak Ellen.
"Sibuk melulu. Ya, udah... Kantungin aja uangnya. Seharusnya Kakak juga ikut aku, sadar dong Kakak, orang yang Kakak jauhi sekarang adalah seorang Mama yang telah Kakak tumpangi rahimnya...!!!" Pekikku dengan emosi lalu berlari meninggalkan Kak Ellen yang terdiam kaku.
Rumah sakit...
"Bangun, Ma... Cepet sembuh, Ma..." Bisikku ke telinga Mama.
Mama diam saja, lemah badanya, matanya pun tertutup. Aku hanya bisa mengusap-usap airmata yang bercucuran diam-diam dari kelopak mata Mama.
"Kakak lagi sibuk... Mama sabar, yah... Ulangtahunnya sama Shandy aja mau yah?" Bisikku sambil menahan tangisan yang hampir meledak.
Kuelus-elus pipi Mamaku yang telah keriput itu. Mama yang penuh kasih sayang mendidik ketiga anaknya bahkan berkorban untuk anak-anaknya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka oleh orang. Dan ternyata itu adalah Kakak-kakakku.
"Kakak?" Aku terkejut melihat kehadiran Kakak-kakakku yang tiba-tiba.
"Mama..." Mereka mendekati Mama dengan mata yang sembab.
"Maafin Ellen, Ma..." Tangis Kak Ellen.
"Maafin Liana, Ma..." Tangis Kak Liana.