Besoknya aku pergi ke penjara, namun sel tempat Mamaku ditahan kosong. Aku bertanya pada sipir dan ternyata...
"Bu Valnetina dilarikan ke rumah sakit tadi malam." Jawab sipir penjara yang setengah baya itu.
Aku segera berlari masih dengan seragam putih abu-abuku. Airmataku bertetesan di pipi. Aku tak bisa membayangkan Mamaku sakit lemah dan tak berdaya.
"Mama... Cepat sembuh... Besok ulang tahun Mama..." Tangisku di hadapan tubunya yang kaku.
Tepat tanggal empatbelas Februari, aku tak pergi ke sekolah melainkan akan pergi menjenguk Mama dan merayakan ulantahun Mama yang bertepatang dengan hari kasih sayang itu. Kubawa kue tart yang aku beli dengan uang jajanku berikut dengan lilin kecilnya.
"Kamu kemana? Gak sekolah?" Tanya Kak Ellen.
"Engga... Mau merayakan ulangtahun Mama di rumah sakit..." Jawabku ketus sambil mengikat tali sepatuku.
"Rumah sakit?" Kakak Ellen kebingungan.
"Iya... Kenapa? Terkejut? Udah dua hari Mama dirawat di rumah sakit. Jadi plis begitu keluarnya Mama dari rumah sakit, Kakak berdua siap-siap sisihkan uang untuk biaya Mama. Yah kalau sembuh... Tapi kalau..." Aku tak melanjutkan perkataanku lagi, aku segera berlalu.
"Shandy..." Panggil Kak Ellen sambil merogoh dompetnya lalu mengeluarkan selembar uang seratus ribu.
"Untuk apa?" Tanyaku.