“Tapi perasaanku padamu tak pernah berubah. Aku selalu menyayangimu,” imbuhnya lagi
Mataku basah karena air mata.
“I love you more. I love you, so much,” dan aku eratkan pelukanku padanya.
“Jadi, maukah kamu menjadi istri dari seorang petani yang hidupnya di desa ? yang tidak pintar dan tidak open minded seperti katamu ?”
Aku hanya mengangguk dua kali, tapi aku belum pernah merasa seyakin ini sebelumnya.
“kamu tau gak, Mas ?” kataku pada akhirnya
“Apa ?”
“Orang yang pinter dan open minded itu penting, dan aku selalu suka berada di sekitar mereka. Nyatanya, aku tidak butuh orang seperti itu. Materi itu penting, ternyata kita bisa nyari itu berdua nanti. Tapi, orang yang setia sama kita apapun keadaannya, akan selalu membuat kita nyaman. Maaf aku terlambat menyadarinya,”
“Ternyata aku perlu kehilangan kamu biar aku bisa menurunkan egoku. Dengan segala kemampuanku, aku akan selalu membahagiakan kamu, aku janji. Dan, aku suka wangi ini,”
“Wangi ? Wangi apa ?” aku menarik diriku menjauh dari pelukannya untuk mencari harum yang dimaksud, yang saat itu juga langsung ditahannya.
“Hei, jangan dilepas. Aku suka wangimu, yang asli. Yang belum mandi,” katanya