"Tidak lagi Rin, kamu harus belajar mandiri. Mungkin udah saatnya aku pergi. Bilang sama Ayah dan Bunda. Aku minta maaf nggak bisa menjaga putrinya terlalu lama lagi. Aku minta maaf untuk semuanya Rin."
Hayrin terisak, dia tidak sanggup kehilangan Gerald. Kenapa? Ada apa?
Hayrin dan Gerald adalah sahabat sejak kecil. Meski beda Agama, persahabatan mereka tetap utuh. Tapi satu yang membuat Gerald menyesal. Dia telah mencintai Hayrin, sahabat kecilnya. Hayrin mustahil untuk dia miliki.
"Rald, kamu jangan ngomong gitu."
"Aku tetap ada untuk kamu, aku akan tetap ada di sisi kamu. Meski tidak lagi bisa melihat senyum itu secara langsung."
"Gerald! Udah! Jangan ngomong gitu."
"Rin, aku pamit. Mama sama Papa kayaknya udah kangen sama aku. Kamu jaga Ayah dan Bunda. Jangan nakal lagi. Untuk perasaan aku waktu itu, itu murni dari hati aku. Kamu adalah sahabat sekaligus cinta pertamaku. Jaga diri baik-baik Rin. Jangan nakal. Tidak ada lagi yang bakal belain kamu di depan banyak orang." Gerald tertawa kecil.
Hayrin berteriak kalap saat dia tidak lagi mendengar suara Gerald. Sahabatnya telah pergi.
Tidak ada lagi Gerald si cerewet. Tidak ada lagi Gerald yang seenaknya makan makanannya. Gerald sudah pergi. Gerald sudah pergi jauh.
*****
"Kita punya keinginan, tapi tidak semua keinginan itu milik kita seutuhnya." (Nadia Okta Nelsi)