Mohon tunggu...
Nadia Okta Nelsi
Nadia Okta Nelsi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa/UIN Sjech M.Djamil Djambek

Saya mempunyai hobi menulis seperti puisi, quotes, cerpen hingga Novel. Biasanya saya menulis diwaktu luang yaitu dimalam hari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penipuan Berkedok Jual Beli Online

19 September 2023   11:38 Diperbarui: 19 September 2023   11:43 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak lama berjemur di bawah sinar matahari pagi, Aira berjalan santai ke kamarnya.

Kaki jenjang yang tertutup gamis sampai mata kaki itu bersenandung riang menaiki beberapa gundukan anak tangga. Seperti biasa, dia tidak pernah absen menghitung semua anak tangga yang telah dilewati, meski anak tangganya tidak pernah bertambah dan berkurang.

Bruk!

Aira menghempaskan tubuhnya ke karpet bulu ditengah kamar. Dia mengusap peluh yang sebentar lagi menetes melewati mata indahnya.

"Ahh, sudah seminggu sejak kalian pergi. Tapi aku masih begini-begini saja, tidak ada yang berubah kecuali suasana ini." Aira memandang foto keluarga yang terpampang rapi di langit-langit kamarnya sambil tersenyum sendu.  

Aira hidup seorang diri, setelah kedua orangtuanya kembali kepangkuan Pencipta. Semenjak itulah Aira yang dulunya rajin berdoa, rajin sholat tahajud, rajin sholat Dhuha, hingga Al-Qur'an tidak pernah ditinggalkan dan itu tidak pernah lagi menjadi rutinitas sehari-hari.

Dia meraba meja belajar, mencari benda pipih yang selalu jadi temannya. Tidak sengaja tersenggol Al-Qur'an, tangannya langsung enggan untuk sekedar mengambil dan merapikan Al-Qur'an itu kembali.

"Wah, ada baju terbaru nih." Ungkapnya riang setelah membuka aplikasi Instagram.

"Mau beli ini dan ini." Aira segera memesan beberapa baju yang menurutnya bagus dan sedikit murah.

Aira lupa, beberapa temannya pernah mengingatkan untuk tidak tergiur jualan online yang super murah. Aira merasa dia tidak akan tertipu karena akun Instagram jual beli tersebut selalu memberikan testimoni dan bukti barang yang sedang di packing.

Dua hari setelah itu, Aira tiba-tiba mendapat pesan dari nomor tidak dikenal yang mengatasnamakan JNE.

"Apa benar ini dengan Aira Ningsih Purnama Sari? yang pesan pakaian di Jual beli Online Murah? kami dari JNE, ada paket anda yang baru mau dikirim."

"Benar, ini saya." Jawab Aira singkat.

"Mohon maaf mbak telah menganggu waktu anda. Ini ada biaya asuransi pengiriman mbak sebesar 250rb mbak, karena paket anda yang kami kirim ke alamat anda merupakan barang ilegal (BELUM TERDAFTAR BEA CUKAI) jadi harus diasuransikan dulu sebelum barang kami kirim mbak. Sesuai peraturan dari polri mbak.

Dan untuk biaya asuransi ini tolong jangan disalahpahamkan dulu, karena nanti itu uang asuransinya akan tetap kami kembalikan. Paling 10 menit setelah pengurusan selesai uang asuransi sudah dikembalikan mbak."

Aira masih sedikit berpikir dan mencoba menghubungi akun Instagram jual beli online, untuk menginformasikan apakah pihak JNE benar atau hanya sekedar penipuan? Aira akhirnya mengirimkan sejumlah uang ke rekening JNE tersebut, tidak lama kemudian pihak JNE lagi dan lagi meminta transfer uang.

"Ini asuransi kami terbitkan mbak. Tinggal biaya pengesahan asuransinya mbak. Sebesar 550rb mbak. Nanti kalau sudah diselesaikan pengesahan asuransinya langsung kabarin kami mbak. Agar semua biaya pengurusan asuransi dan pengesahan ini kami kembalikan.

Prosedurnya nanti uangnya sekalian di kembalikan kami ingin memperlihatkan pihak kepolisian sabagai tanda penyelesaian supaya barang anda bisa lolos di kirim."

Aira menjadi ragu untuk mengirimkan uang kembali, tapi pihak jual beli online langsung meyakinkan Aira bahwa mereka akan menjamin aman.

Dengan sedikit keberanian, Aira transfer uang sesuai yang diminta oleh pihak JNE dengan dalih bahwa uangnya akan aman dan segera dikembalikan.

Tidak lama setelah itu, pihak JNE yang mengaku sebagai bendahara, mencoba menghubungi Aira untuk proses pengembalian uang. Tapi yang tidak disangka, bendahara JNE meminta foto saldo akun Aira yang tersisa dan juga menanyakan apakah ada rekening lain selain rekening yang saldonya sudah dikirim.

"Maaf tidak ada pak, saya hanya mempunyai satu rekening bank." Bohong Aira, karena dia telah merasa ditipu setelah mendengar permintaan bendara JNE untuk mempunyai saldo akun sebesar Rp. 1.000.000.

"Baiklah ibuk, silakan isi data yang telah dikirimkan."

"Sudah pak."

"Mohon isi dengan benar, buk." Tegas bendahara JNE tersebut.

"Itu sudah benar, pak."

"Oh iya, sudah sesuai dengan data yang sebelumnya."

Aira berpikir bahwa dia sebelumnya tidak pernah mengirimkan data apapun, hanya sekedar nama dan alamat.

Dari sanalah akhirnya Aira sadar bahwa dia telah ditipu oleh pihak jual beli online.

Aira mencoba untuk cek rekening pihak JNE yang telah diberikan, dan bodohnya Aira yang tidak mengecek sebelum uangnya ditransfer.

Terteralah disana bahwa nomor rekening tersebut tidak pernah terdaftar di bank manapun.

Aira bersyukur dia tidak mengatakan bahwa dia mempunyai lebih dari 1 rekening dan dia juga tidak mengisi dengan benar data yang diminta.

"Bagaimana ibuk, jika ibuk menunda untuk melanjutkan, maka barangnya tidak akan dikirim dan uang ibuk juga belum bisa dikembalikan." Ujar bendahara JNE membuat Aira geram setengah mati.

Aira sadar bahwa dia telah terlanjur kena tipu dan uangnya tidak bisa lagi dikembalikan. Tapi Aira tiba-tiba menerima pesan dari pihak jual beli online, bahwa uangnya akan aman. Dan akan diganti uangnya dua kali lipat jika uangnya tidak kembali.

Aira langsung cek rekening pihak jual beli online, dan yang bikin heran rekeningnya terdaftar di salah satu bank.

Sekarang Aira dilema, melanjutkan transaksi dengan pihak JNE atau mengikhlaskan uangnya begitu saja.

Apakah Aira bodoh? Tidak, hanya saja dia tidak berpikir terlalu serius bahwa barang yang bagus dijual murah itu tidak selalu benar.

Aira menangis menekuk lutut, dia bodoh dengan mudahnya tertipu jual beli online.

Dia menghapus jejak air mata, matanya bengkak dan hidungnya merah.

Aira ambil air wudhu, membentangkan sajadah, menangis di setiap gerakan sholat.

"Ya Allah, maafkan Aira telah melupakan engkau. Maafkan Aira yang juga telah meninggalkan Al-Qur'an, apakah ini bentuk teguran engkau Ya Allah? Apakah ini bentuk kebodohan hamba?" Aira terus menangis sesenggukan sampai tidak sadar badannya terkulai lemas di atas sajadah.

Pingsan dua jam, bisa kita bayangkan bagaimana rapuhnya Aira.

Di alam bawah sadar, Aira terbangun ketika mendengar dua percakapan benda yang sangat dikenalnya.

"Al-Qur'an, apakah itu kamu?" Tanya Aira sedikit sempoyongan berdiri.

"Ya."

"Bisakah kamu menolongku?"

"Tidak!" Jawab tegas Al-Qur'an.

"Mengapa?" Aira berusaha meraih Al-Qur'an, tapi bagai menggenggam air.

"Bukankah kamu mempunyai dia?" Tunjuk Al-Qur'an ke arah handphone.

Handphone hanya bisa menunduk, tidak sanggup melihat raut wajah tuannya yang selama ini selalu tertawa bersamanya kini menampilkan raut wajah putus asa.

"Kamu selalu membawanya kemanapun kamu pergi, kamu menjaganya seakan-akan dia adalah penolongmu kelak."

"Aku ..." Aira hanya bisa sesenggukan.

"Kembali ke jalan yang benar, jika kamu ingin tetap melihatku, kembalilah peluk aku jika kamu ingin tetap tenang, tersenyumlah terus ke arahku jika kamu ingin aku bimbing, dan basahilah terus bibirmu dengan membaca lembaran-lembaran diriku." Nasihat Al-Qur'an sambil meraih pundak Aira untuk menatapnya.

Aira menangis, Aira meraung didalam pelukan Al-Qur'an. Dia yang selalu mengabaikan Al-Qur'an, dia yang tidak pernah melirik Al-Qur'an sekarang hanya bisa menangis tanpa tahu bagaimana cara kembali untuk bersama Al-Qur'an.

Al-Qur'an tidak pernah meninggalkannya, hanya Aira yang meninggalkan Al-Qur'an. Allah SWT selalu ada untuk Aira disaat Aira butuh pertimbangan, malah Aira yang tidak pernah mengadu kepada-Nya.

Disaat Aira telah terjerumus ke dalam dunia, disaat itulah dia merasakan bagaimana putus asa. Bagaimana dia yang hanya manusia tidak bisa mengembalikan apa yang telah terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun