“Aku tidak selemah itu, Mey.”
Aku terkekeh. “Berarti kamu masih lanjut nyantri sampai sekarang?”
Mahendra menggeleng. Lalu, melempar pandangan jauh ke depan. Napasnya terembus perlahan. Dari gurat wajahnya terbaca sesuatu yang lain. “Seminggu lalu aku memutuskan untuk izin keluar dari pondok. Tepatnya setelah, anak bungsu laki-laki Pak Kyai mengatakan kalau ia menyukaiku.”
***
Gunungkidul, Februari-Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H