Nah, pameran yang dilaksanakan di Minangkabau Corner lantai 3 perpustakaan Universitas  Andalas ini juga terbuka untuk umum jadi siapapun bebas untuk datang.Â
Pameran ini sendiri memiliki tujuan, seperti yang di sampai kan oleh salah seorang anggota dari lembaga SURI tujuan pameran ini yaitu pengembangan dari beberapa naskah-naskah kuno, yang bisa dijadikan sebagai motif khas batik Minangkabau yang diambil dari naskah-naskah atau manuskrip.Â
Hal ini dapat memperkenalkan bahwa masyarakat Minangkabau mempunyai motif batik sendiri berdasarkan makna tersirat. Pameran ini juga dapat membantu masyarakat atau pemilik dari naskah itu sendiri untuk memahami isi dan makna yang tersirat di dalam naskah itu, dan melatih untuk membuat kan motif batik dari naskah-naskah itu.Â
Tentu saja dari pameran ini bisa menghasilkan lapangan kerja untuk masyarakat atau mahasiswa karena Lembaga SURI ini juga mengadakan pelatihan membatik yang dibuka untuk umum.
Mengenai proses dalam menjadikan iluminasi manuskrip pada suatu produk tentu bukanlah hal yang mudah, banyak waktu, tenaga dan pikiran yang dibutuhkan. Nah, dari wawancara pada saat pameran itu salah seorang anggota Lembaga SURI menjelaskan bawah satu produk atau misalkan baju yang bermotif batik itu butuh waktu berbulan-bulan, yaitu sekitar tiga sampai enam bulan pengerjaan, baru jadi satu produk atau baju yang bermotif khas Minangkabau.Â
Di akhir wawancara yang di lakukan salah seorang anggota Lembaga SURI menyampaikan dan berpesan seperti ini seiring berkembangnya zaman kaum milenial jangan pernah berpikir bahwa belajar kebudayaan adalah sesuatu yang kuno, akan tetapi belajar budaya belajar sebuah nilai-nilai perbedaan yang dalam hal ini Indonesia adalah negara yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H