Mengapa dalam program Fastosis ini harus juga mengkonsumsi rutin VCO dan Madu Immunator ? Bukankah madu itu gula ?
VCO merupakan jenis lemak yang memiliki rantai karbon yang pendek (Medium Chain Triglyceride/MCT) yang mudah di pecah oleh Liver menjadi “Glycerol” (bahan pembuat glukosa) dan “Fatty Acid” (bahan metabolisme lemak dan untuk diproses lebih lanjut menjadi “Ketone” di liver).
Supplementasi dengan VCO ini, jelas akan menolong proses transisi tubuh menuju metabolisme lemak, dimana Liver akan lebih cepat memproduksi “Ketone” untuk segera menggantikan posisi glukosa yang mulai hilang ditubuh dalam Fastosis. Hal ini penting untuk membentuk “Transisi Halus” dari metabolisme glukosa ke metabolisme lemak ditubuh, dan mencegah efek “Hypoglycemic” yang mungkin terjadi atau menimbulkan gejala yang berlebihan. Namun seiring proses adaptasi “Ketosis” yang lebih sempurna, yang biasanya terjadi setelah periode 3 bulan program, maka VCO dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan dalam program.
Karena saat sudah beradaptasi dengan Lemak dalam bentuk apapun, seperti terhadap tipe “Medium Chain Triglyceride” (MCT) maupun “Long Chain Triglyceride” (LCT). Tipe LCT ini merupakan tipe yang paling dominan ditubuh manusia, dimana LCT ini merupakan tipe yang paling banyak ditemukan pada jaringan penyimpan lemak manusia (Adipose Tissue).
Immunator Honey merupakan “alat” yang digunakan diprogram untuk membentuk “Conditioning” terhadap sistem immune manusia untuk selalu “Melek” (sensitif), sehingga mampu memicu identifikasi terhadap segala “abnormalitas” ditubuh. Abnormalitas ini dapat berupa kehadiran sel-sel “antigenic” seperti “pathogen” maupun “sel kanker”.
Abnormalitas ini juga dapat berupa kondisi “Inflamasi” berlebihan yang terjadi sebelumnya, akibat sel-sel immune yang bersifat “overreaktif” dan “inflammatif”. Kondisi “sensitif” yang dipicu Immunator Honey, akan mengembalikan keseimbangan respon immune dan mencegah terjadinya “Over-Inflammasi” dalam “Usaha” sel-sel immune membereskan masalah yang ada “sebelumnya” (Existing Problem/abnormalitas). Kondisi “sensitif” ini akan mengoptimalkan “proses perbaikan” yang akan berlangsung, namun tetap menjaga “intensitas” respon immune agar tidak menyebabkan “Over-Inflamasi” yang bersifat “Negatif” dan justru akan melukai “Host” (tubuh) nya sendiri.
Hal ini diperoleh saat semua receptor dipermukaan sel-sel immune menjadi meningkat kesensitifannya dan dapat mengatur proses “Signalling” antar sel lebih baik (Negative Feed Back Loop). Sehingga respon immune untuk perbaikan kondisi, menjadi lebih terkontrol dan menciptakan “Thermostat” alami yg dapat mencegah terjadinya “Indikasi Over-Inflamasi” yang mungkin terjadi.
Sel-sel Immune yang telah sensitif ini juga akan memperhalus transisi menuju kondisi “Ketosis”, dimana kemungkinan kemunculan gejala “Hypoglycemic” akan terkontrol dan tidak menyebabkan efek “inflamasi” lanjutan ditubuh. Hal ini diperoleh dari efek sensitifitas sistem immune yang mampu mencegah terjadinya “Over-Inflamasi” seperti yang telah dijelaskan sebelumnya diatas.
Sensitifikasi sistem immune ini juga memicu “aktivitas” sistem immune manusia yang lebih “Aktif”. Dimana kondisi “Aktif” ini akan membuat konsumsi “Energi” menjadi lebih besar ditubuh, akibat kebutuhan energi yang diciptakan oleh sel-sel immune yang menjadi aktif “Bergerilya” (Immuno-Surveillance) untuk mencari “antigen-antigen asing/abnormal” ditubuh, seperti antigen dari “pathogen” maupun “sel kanker”.
Aktivasi sistem immune ini juga akan memicu proses pembersihan (Phagocytosis) terhadap “kotoran-kotoran” (impurities) ditubuh, seperti halnya proses “Scavenging” yang dilakukan oleh “Macrophage” pada “Plak” di arteri pembuluh darah. Aktivitas pembersihan ini memicu peningkatan kebutuhan “energi” ditubuh.
Dengan demikian, secara “overall” aktivasi sistem immune jelas akan meningkatkan kebutuhan energi (metabolisme) ditubuh, dan akan menciptakan “Kalori Defisit” yang lebih “Besar”.